Makalah Filsafat Ilmu John Naisbitt

 

1. JOHN NAISBITT
John Naisbitt lahir 15 januari 1929 di Salt Lake City, Utah. Dia adalah seorang penulis Amerika dan Pembicara publik di bidang studi berjangka. Megatrends pertama bukunya diterbitkan pada tahun 1982. Ini adalah hasil dari hampir sepuluh tahun penelitian. Itu di daftar buku terlaris New York Times selama dua tahun, Megatrends diterbitkan 57 negara dan terjual dari 14 juta eksemplar. Tujuan John Naisbitt adalah untuk memotivasi dan mengilhami pendengar dan pembacanya untuk memandang masa depan sebagai sesuatu yang bisa kita atur, jika kita mengembangkan pola pikir sebagai alat untuk melihat dan mengevaluasi bibit-bibit dan tanda-tanda perubahan, yang pada waktunya akan membangun masa depan.

2. PENDIDIKAN JOHN NAISBITT
John Naisbitt belajar di Universitas Harvard, Cornell dan Utah. Dia mendapatkan pengalaman bisnis dengan bekerja di IBM dan Eastman Kodak. Dalam dunia politik, ia menjadi Asisten Komisaris Pendidikan di bawah Presiden John F. Kennedy dan menjabat sebagai asisten khusus untuk Departemen Pendidikan. Dia meninggalkan Washington pada 1996 dan bergabung Science Research Associates. Pada tahun 1968, ia mendirikan perusahaan sendiri, Research Corporation Perkotaan.

Dia mendirikan Institut Naisbitt Cina, non-profit, institusi riset independen yang mempelajari transformasi sosial, budaya dan ekonomi China yang terletak di Tianjin University. Pada tahun 2009, Naisbitt Megatrends diterbitkan China, sebuah buku menganalisis kebangkitan cina. Penasehat pada pengembangan pertanian untuk pemerintah kerajaan Thailand, sesama mantan mengunjungi Harvard University, profesor tamu di Moskow State University, dosen di Universitas Nanjing di China.

3. PEMIKIRAN/TEORI
Dari pemikiran John Naisbitt dalam globalisasi memunculkan perubahan-perubahan yang akan dialami oleh negara-negara di dunia. Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
a. Perubahan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi
b. Perubahan dari teknologi yang mengandalkan kekuatan tenaga ke teknologi canggih
c. Perubahan dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia
d. Perubahan dari jangka pendek ke jangka panjang
e. Perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi
f. Perubahan dari bantuan lembaga ke bantuan diri sendiri
g. Perubahan dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatori
h. Perubahan dari sistem hierarki ke jaringan kerja
i. Perubahan dari utara ke selatan
j. Perubahan dari satu di antar dua pilihan menjadi bermacam-macam pilihan.

4. APLIKASI/PENERAPAN TEORI TENTANG KEHIDUPAN SAAT INI
Dari penjelasan diatas tentang pemikiran John Naisbitt berkenaan dengan globalisasi yang memunculkan tentang perubahan-perubahan yang akan dialami negara-negara dunia. Ketika dunia berpadu secara ekonomi, bagian-bagian komponennya menjadi lebih banyak dan lebih kecil dan lebih penting. Secara serentak, ekonomi global berkembang sementara ukuran bagian-bagiannya menyusut. (John Naisbitt,  Global Paradox). Naisbitt melihat suatu gejala bahwa manusia tidak lagi memandang negara (dalam artian nation-state) sebagai identitas yang bisa mereka bawa. Di saat dunia semakin tanpa batas, manusia malah semakin membutuhkan suatu identitas  lain yang lebih sempit dari nation-state tersebut. Hingga kemudian lahirlah konsep tribal-state (negara-suku), yang ditunjukkan oleh berbagai kasus disintegrasi di banyak negara Eropa Timur.
Entah kita sadari atau tidak, Indonesia pun tak terlepaskan dari fenomena Global Paradox tersebut. Indonesia telah mulai memasuki tahap globalisasi perekonomian, dengan menggabungkan diri kepada GATT, APEC ataupun AFTA. Namun di saat yang sama kita juga dihadapkan pada berbagai masalah kesukuan. Beberapa kasus gerakan 'pemberontakan' seperti Gerakan Aceh Merdeka, atau Warsidi di Lampung, umumnya didasarkan atas semangat kesukuan untuk memisahkan diri dari Republik. Pemerintah Pusat juga beberapa kali dalam Pelita terakhir ini disibukkan dengan keinginan-keinginan untuk mengajukan putra daerah sebagai kepala daerah, baik di tingkat propinsi maupun kabupaten. Jadi, ide untuk lebih menjalankan asas desentralisasi dalam pembangunan dan pemerintahan di Indonesia, yang telah dimulai dengan proyek percontohan di 26 Daerah Tingkat II, sebenarnya memang merupakan suatu hal yang sudah waktunya. Walaupun kebijakan ini lahir lebih banyak karena political will di tingkat pusat, namun sesungguhnya pemberian otonomi daerah yang lebih besar adalah sebuah arus global yang tak bisa lagi dibendung. Cepat atau lambat, bangsa Indonesia akan dihadapkan pada tuntutan atas lebih diakuinya eksistensi dan potensi daerah yang lebih besar.
Naisbitt (1988) mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradoks, yaitu semakin kita menjadi universal, tindakan kita semakin kesukuan, dan berpikir lokal, bertindak global. Hal ini dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan kepada hal-hal yang bersifat etnis, yang hanya dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia Internasional.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
Naisbitt menggunakan China sebagai studi kasus bagaimana ekonomi, besar perencanaan pusat memberikan cara untuk penggerak berbagai pengusaha individual, menurut prediksi, ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2000. Menyadari berkembang minat pasar di luar Amerika Serikat dan Eropa Barat, Naisbitt menyimpulkan dengan memeriksa daerah baru kesempatan di Asia dan Amerika Latin.

5. SIMPULAN
Di negara-negara dunia saat ini sedang terjadi globalisasi tampak terlihat pada perubahan-perubahan yang dialami. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.

6. SARAN
Sebaiknya negara-negara dunia yang mengalami globalisasi ini jangan hanya mementingkan kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing.
DAFTAR PUSTAKA
Internet:
Fathul Qorib, “Global Paradox John Naisbitt”, Pustaka Al-Mashduqi, http://best1alone.blogspot.com/2011/07/global-paradox-john-naisbitt.html (diakses 3 April 2014).
Nuri Wahyuni, Civic Education, http://nuriwahyuni.wordpress.com/part-1 (diakses 3 April 2014).
Sri Hartuti, “John Naisbitt Megatrend 2000”, Pesantren Budaya Nasional, http://pesantrenbudaya.blogspot.com/2012/03/john-naisbitt-megatrend-2000.html (diakses 3 April 2014).


Print Friendly and PDF

0 Response to "Makalah Filsafat Ilmu John Naisbitt"

Post a Comment