Makalah Perkembangan Peserta Didik Peran Guru Bagi Anak Berkesulitan Belajar Matematika

 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang tangguh. Sejak bayi dilahirkan ia sudah mulai dengan proses belajarnya yang pertama, belajar dengan menyesuaikan diri dengan liingkungan dunia. Hal ini akan berjalan terus sampai anak masuk sekolah dan proses pembelajaran formal mulai ditetapkan pada dirinnya. Pada saat ini seorang anak perlu dirangsang untuk mengembangkan rasa cinta untuk belajar, kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik dan rasa diri sebagai pelajar yang sukses.
Proses belajar pada anak mempunyai beberapa tujuan, diantaranya ialah:
            1.      Agar anak dapat maju ke fase perkembangan selanjutnya.
            2.      Agar anak mempunyai keterampilan-keterampilan yang baru yang berguna bagi perkembangan dirinya.
           3.     Agar anak dapat mengerti peranan sosial yang harus dijjalankannya dan mampu mengerti peranan orang lain dalam konteks sosialnya.

Masalah akademik dapat ditemui oleh hampir seluruh siswa dalam setiap kelas dan setiap pelajaran. Permasalahan akademis dapat berupa tidak dikuasainya kemampuan atau materi yang diajarkan sebagai tujuan pengajaran. Anak-anak seperti ini sering kali dikenal dengan anak yang mengalami prestasi belajar rendah, baik karena lambat belajar maupun prestasinya dibawah kemampuan yang dimilikinya. Anak yang mengalami kesulitan belajar tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Karena tujuan dari belajar adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Dengan demikian, ketidak berhasilan mereka dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan saja melainkan juga karena faktor-faktor lainnya seperti akibat cara belajar yang salah, kurang motifasi belajar, kurangnya fasilitas dan dukungan dari orang tua, kesalahan-kesalahan guru  dalam cara mengajarnya sebagai akibat dari kurang memahami materi pajarannya.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern mempunyai pera penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD untuk membekali kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan bekerjasama. Gambaran kesulitan belajar siswa adalah masih banyaknya siswa yang tidak memahami materi pelajaran, tuntutan yang harus mereka capai bagaimana mengerjakan materi pembelajaran.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan yang baik, guru sebagai praktisi pendidikan disekolah penting memperhatikan siswa. Guru harus mengenal dan memahami lebih dalam dan luas tentang perkembangan peserta didiknya supaya ia bisa memfasilitasi perkembangan anak secara tepat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat saat ini mengharuskan adanya pendidik yang baik. Hal ini berarti bahwa sekolah memerlukan guru yang baik. Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optima.
1.2 Rumusan Masalah
1.    Apa matematika itu?
2.    Faktor apa saja yang menyebabkan anak kesulitan belajar?
3.    Bagaimana karakteristik anak berkesulitan belajar matematika?
4.    Bagaimana peran guru bagi anak berkesulitan belajar?
5.    Bagaimana cara mengatasi anak berkesulitan belajar matematika?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mencari tahu tanggapan atau respon dari beberapa sampel peserta didik terhadap pelajaran matematika dan mencari tahu apa penyebab siswa sulit belajar matematika serta bagaimana peran guru dalam mengatasi anak yang memiliki kesulitan belajar matematika.
1.4 Metode
Observasi menggunakan perspektif deskreptif kuantitatif. Perspektif deskreptif kuantitatif adalah perspektif dalam penelitian kuantitatif yang tidak memiliki nama formal atau tidak memenuhi tipologi perspektif penelitian kuantitatif yang ada. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data mengenai prilaku sosial anak jalanan di Banjarmasin dengan menggunakan tiga bentuk, yaitu wawancara, observasi dan catatan lapang.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Matematika
Banyak orang yang mempertukarkan matematika dengan aritmetika atau berhitung. Padahal, matematika mememiliki cangkupan yang lebih luas daripada aritmetika. Aritmetika hanya merupakan bagian dari matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.

Menurut Johnson dan Myklebust (1967: 244), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengepresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (1988: 430) Mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai element dan kuantitas. Kline (1981:172) juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan diperguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius (1982: 38) mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah untuk kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk kesadaran perkembangan budaya.

Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran matematika, masing-masing didasarkan atas teori belajar yang berbeda. Ada empat pendekatan yang paling berpengaruh dalam pembelajaran matematika, (1) urutan belajar yang bersifat perkembangan (development learning sequences), (2) belajar tuntas (matery learning), (3) strategi belajar (learning strategies), (4) pemecahan masalah (problem solving).

2.2  Penyebab Anak Kesulitan Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis; sedangkan penyebab utamanya problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat.

Disfungsi neurologis sering tidak hanya menyebabkan kesulitan belajar tetapi juga dapat menyebabkan tunagrahita dan gangguan emosional. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan disfungsi neurologis pada giliranya menyebabkan kesulitan belajar antara lain adalah (1) faktor genetik, (2) luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen, (3) biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk memfungsikan saraf pusat), (4) biokimia yang dapat merusak otak (misalnya zat pewarna pada makana), (5) pencemaran lingkungan (misalnya pencemaran timah hitam), (6) gizi yang tidak memadai, dan (7) pengaruh-pengaruh fisikologis dan sosial yang merugikan perkembangan anak (deprifasi lingkungan). Dari berbagai penyebab tersebut dapat menimbulkan gangguan dari tarafnya ringan hingga yang tarafnya berat.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa individu yang memiliki kesulitan belajar matematika. Banyak peserta didik yang mengatakan mereka sulit belajar matematika karena mareka tidak suka berhitung dan pelajaran matematika menyangkut banyak rumus yang sulit dipahami. Sebagian peserta didik menjawab bahwa mereka tidak suka belajar matematika karena mereka memiliki kemampuan yang kurang dalam pelajaran matematika dan ada yang berpendapat pula bahwa mereka sulit belajar matematika karena  tidak menyukai guru matematika. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, anak memiliki kesulitan belajar matematika disebabakan oleh beberapa faktor; pertama, faktor anak itu sendiri apakah dia memiliki kemampuan yang kurang dalam berhitung sehingga dia sulit memahami pelajaran matematika seperti temannya yang lain. Akibatnya minat belajar anak semakin hari semakin berkurang karena merasa dirinya tidak bisa dalam pelajaran tersebut. Kedua, faktor guru yang mengajar, anak sulit memahami pelajaran tergantung dengan guru yang mengajar. Jika guru tersebut galak maka anak akan segan bertanya jika mereka tidak paham dan apabila guru yang mengajar ramah maka besar kemungkinan anak akan menyukai pelajaran tersebut. Ketiga, faktor pelajaran matematika itu sendiri, karena pelajaran matematika lebih banyak berhitung membuat peserta didik tidak menyukai pelajaran tersebut apalagi dalam pelajaran matematika terdapat banyak sekali rumus yang sulit dipahami anak sehingga mereka tidak suka pelajaraan tersebut. Akibatnya anak malas belajar dan kedepanya sulit untuk belajar matemmatika.

2.3  Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika
Kesulitan belajar matematka disebut juga diskalkulia (dyscalculis) (Lerner, 1988: 430). Istilah diskalkulia mmemiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat. Kesuitan belajar matematika yangg  berat oleh Kirk (1962: 10) disebut akalkulia (acalculia).
Menurut Lerner (1981: 357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu (1) adanya gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual, (3) asosiasi visual-motor, (4) perseverasi, (5) kesulitan mengenal dan memahami simbol, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan membaca, dan (8) performance IQ jauh lebih rendah daripada sekor Verbal IQ.
a.    Gangguan Hubungan Keruangan
Anak berkesulitan belajar sering megalami kesulitan dalam berkomunikasi dan lingkungan sosial juga sering tidak mendukung terselenggaranya suatu situasi yang kondusif bagi terjalinnya komunikasi antar mereka. Adanya kondisi intrinsik yang diduga karena disfungsi otak dan kondisi ekstrinsik berupa lingkungan sosial yang tidak menunjang terselenggaranya komunikasi dapat menyebabkan anak mengalami gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan. Sehingga dapat menyebabkan anak mengalami gangguan pemahaman tentang sistem bilangan keseluruhan.

b.    Abnormalitas Persepsi Visual
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. Kesulitan semacam itu merupakan gejala adanya abnormalitas persepsi visual. Anak yang mengalami abnormalitas persepsi visual akan mengalami kesulitan bila mereka diminta untuk menjumblahkan dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota. Anak juga sering tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri. Adanya abnormalitas persepsi visual semacam ini tentu saja dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar matematika terutama dalam memahami bilangan simbolis.

c.    Asosiasi Visual-Motor
Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua, tiga, empat, lima.” Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi mengucapkan “lima”, atau sebaliknya, telah menyentuh benda kelima tetapi baru mengucapkan “tiga”, anak-anak semaacam ini dapat memberikan kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.

d.    Perseverasi
Ada anak yang perhatiannya melekat pada satu objek saja dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perseverasi. Anak pada mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama kelaman perhatiannya melekat pada suatu objek tertentu. Misalnya :
4 + 3 = 7
5 + 3 = 8
5 + 2 = 7
5 + 4 = 9
4 + 4 = 9
3 + 4 = 9
Angka 9 diulang beberapa kali tanpa memperhatikan kaitannya dengan soal matematika yang dihadapi.

e.    Kesulitan Mengenal dan Memahami Simbol
Anak kesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -, =, >, <, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan adanya gangguan persepsi visual.

f.      Gangguan Penghayatan Tubuh
Anak berkesulitan belajar matematika sering memperhatikan gangguan penghayatan tubuh (body image). Anak demikian merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri.

g.    Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca
Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis (Johnson & Myklebust, 1967: 244). Oleh karena itu, kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita  menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika dalam bentuk cerita tertulis.

h.    Sekor PIQ Jauh Lebih Rendah daripada Sekor VIQ
Rendahnya sekor PIQ (Performance Intelligence Quotient) pada anak yang berkesulitan belajar matematika tampaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep keruangan, gangguan persepsi visual, dan adanya gangguan asosiasi visual-motor.

2.4  Peran Guru untuk Anak Berkesulitan Belajar
Ada dua kompetensi yang perlu dikuasai oleh guru bagi anak berkesulitan belajar, yaitu kompetensi teknis (technical competencies) dan kompetensi konsultasi kolaboratif (collaborative consultation competencies) (Lerner, 1988: 148). Kompetensi teknis mencangkup (1) memahami berbagai teori tentang kesulitan belajar, (2) memahami berbagai tes yang berkaitan dengan kesulitan belajar, (3) trampil dalam melaksanakan asasmen dan evaluasi, dan (4) trampil dalam mengajarkan bahasa lisan, bahasa tulis, membaca, matematika, mengelola prilaku dan terampil dalam memberikan pelajaran prevokasional dan vokasional.

Bagi sebagian besar anak-anak, matematika adalah pelajaran yang mengerikan. Alhasil, banyak anak-anak menghindari untuk belajar mata pelajaran tersebut. Nah, tugas seorang guru adalah membuat pelajaran matematika jadi topik menarik dan menyenangkan bagi anak-anak. Berikut adalah beberapa tips bagi guru untuk membuat matematika menarik untuk anak.

1.    Membuat matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan
Anak-anak menyukai suasana belajar yang interaktif dan penuh warna. Oleh karena itu, para orang tua bisa mengajarkan matematika dengan membuat permainan untuk anak. Setelah anak mengalami beberapa kemajuan dalam pelajaran, Anda dapat menaikkan tingkat kesulitannya. Ini adalah langkah menuju belajar mandiri dan aktif.

2.     Meningkatkan kepercayaan diri anak
Angka dan rumus membuat anak tidak menyukai matematika. Akibatnya, anak menjadi malas belajar dan mendapat nilai yang buruk. Guru memiliki peranan besar untuk membangun tingkat kepercayaan diri anak-anak. Guru perlu memastikan bahwa mereka dapat mendorong peserta didik untuk menyelesaikan tugas matematika sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Setelah kepercayaan diri anak meningkat, dia akan dapat memecahkan pertanyaan-pertanyaan sulit dalam pelajaran tersebut.

3.     Mengembangkan motivasi anak
Cobalah menanamkan metode ini untuk meningkatkan kualitas belajar anak, terutama untuk pelajaran matematika. Guru  harus memotivasi anak dengan memberi dorongan semangat dan membimbing mereka.

4.     Fakta menarik tentang matematika
Anak-anak selalu tertarik untuk mempelajari sesuatu yang baru. Jadi, saat mengajarkan mereka konsep-konsep baru, pastikan anda berbicara tentang latar belakang konsep atau teori-teori tersebut. Hal ini membuat anak-anak lebih terlibat dalam pelajaran yang anda ajarkan. Belilah buku-buku tentang matematika dan beberapa informasi tentang penemu teori tertentu dalam rumusan matematika untuk peserta didik. Ini akan membuat mereka jadi lebih penasaran.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan yang baik, guru sebagai praktisi pendidikan disekolah penting memperhatikan siswa. Guru harus mengenal dan memahami lebih dalam dan luas tentang perkembangan peserta didiknya supaya ia bisa memfasilitasi perkembangan anak secara tepat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat saat ini mengharuskan adanya pendidik yang baik. Hal ini berarti bahwa sekolah memerlukan guru yang baik. Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.

2.5 Cara Mengatasi Anak Kesulitan Belajar Matematika
Kadang-kadang kita dibuat jengkel dengan tingah anak-anak yang susah sekali untuk diajak belajar. Selalu saja ada alasan untuk menunda-nunda mengerjakan PR. Telah  banyak sekali cara kita lakukan untuk memotivasi anak agar lebih giat belajar. Tapi hasilnya mereka selalu ogah-ogahan. Jangan panik ataupun marah-marah dengan sikap anak-anak kita yang seperti itu. Kita harus bisa pelan-pelan membuat mereka untuk lebih sadar tentang pentingnya pendidikan. Jangan hanya uring-uringan saja, kita perlu trik-trik jitu untuk membuat peseta didik untuk siap belajar.
a.     Sadarkan akan pentingnya belajar matematika, dengan mengenalkan tokoh-tokoh yang dapat memotivasi mereka untuk giat belajar.
Hal pertama yang dilakukan guru adalah menyadarkan kepada peserta didiknya bahwa pendidikan sangat diperlukan. Kita harus memompa semangat blajar mereka dengan mengenalkan tokoh-tokoh yang layak untuk menjadi panutan. Meyakinkan bahwa mereka adalah harapan dan penerus kelangsungan kehidupan bangsa dan Negara.

b.    Menjadi partner belajar anak.
Jangan sungkan-sungkan untuk menjadi teman diskusi belajar murid anda. Menjadi partner belajar itu lebih efektif untuk membuat anak asyik belajar. Sisakan waktu istirahat anda untuk menemani mereka belajar. Jadilah teman yang bisa diajak diskusi apa saja tentang pelajaran. Tidak masalah bila anda harus mengulang pelajaran saat sekolah dulu.

c.     Dukung dengan fasilitas-fasilitas belajar yang nyaman.
Tempat yang nyaman adalah pendukung semangat belajar anak. Kalau memungkinkan buatlah tempat belajar yang nyaman. Di ruangan khusus untuk belajar biar peserta didik tidak terganggu dengan aktivitas orang-orang disekitarnya. Bila perlu fasilitasi dengan perlengkapan yang nyaman. Tempat duduk dan meja lengkap dengan peralatan belajar yang menarik.Ini dapat membantu semangatnya untuk terus belajar.        

d.    Temani
Saat peserta didik belajar jangan lupa selalu mendampingi atau menemaninya.. Tawarkan bantuan bila memang ia membutuhkan, siapa tahu ia ingin minta anda membuatkan soal untuknya agar ia bisa berlatih menghadapi ulangan sendiri di rumah.

e.    Beri hadiah untuk prestasinya
Untuk membuat anak giat dalam mencetak prestasi sebaiknya guru memberikan hadiah atas nilai tertinggi mereka dalam mata pelajaran anda. Dengan membuat soal yang dapat mereka jawab dengan benar dan tepat sebagai penghargaan untuk peserta didik. Hal teersebut akan membuat peserta didik akan lebih semangat dalam mata pelajaran anda dan mereka akan lebih giat belajar agar dapat mendapatkan hadiah.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Dengan demikian untuk untuk mengurangi siswa susah untuk belajar guru mempunyai peranan penting dalam pendidikan,
1.      Jika siswa mulai kelihatan jenuh, ajaklah peserta didik kita untuk bermain sebentar, contohnya siswa diberi kebebasan membuat yel-yel, tepuk-tepuk yang menurut mereka bisa menumbuhkan semangat belajar (3menit yel-yel diucapkan bersama).
2.      Sebelum pelajaran inti guru mengajak siswa dalam sebuah permainan yang berguna untuk memusatkan konsentrasi anak, contohnya guru menyebut gajah siswa mempraktekkan dengan gerakan dan ucapan kecil, ketika guru menyebut semut siswa merespon dengan gerakan dan ucapan besar. Hal itu bisa dicontohkan ke benda-benda lain.
3.      Mengajak siswa dalam suasana berbeda contoh guru tidak hanya monoton mengajar didalam kelas tetapi diluar kelaspun jadi asal siswa diajak untuk tetap bertanggungjawab & tetap komitmen belajar.
4.      Siswa diberi tanggung jawab untuk melakukan menjelaskan materi yang sebelumnya dibuat tugas kelompok dan teman lainnya diajak untuk menilainya. Guru harus bisa mengarahkan dan mendorong sisiwa itu untuk lebih kreatif.
5.       Siswa diberi tanggung jawab untuk membuat soal sendiri dan diserahkan kepada gurunya, kemudian guru menyortir dan menggunakannya sebagai ulangan harian. Dari hasil evaluasi tersebut guru memberi nilai 80 kepada siswa yang pintar untuk mencapai nilai 100, siswa tersebut diberitanggung jawab untuk mengajari temannya yang nilainya kurang. Guru membimbing dan mengawasinya.
3.2    Saran
1.       Sebelum memulai pelajaran, guru harus benar-benar menetapkan situasi dan kondisi yang benar-benar sesuai. Sehingga ketika pembelajaran berlangsung peserta didik merasa nyaman dan mudah menerima pelajaran.
2.       Guru harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan seksama agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dan pelajaran dapat mudah diterima oleh peserta didik.
3.       Dalam menyampaikan materi guru harus bisa memahami kondisi siswa. Apakah dia merasa nyaman atau tidak saat belajar. Tujuannya agar guru dapat mengetahui apakah peserta didik dapat memahami pelajaran atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdurrahman, Mulyono., (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta
Gunarsa, Singgih D., (1981). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Gunarsa, Singgih D.: dan Gunarsa, Yulia Singgih D., (1989). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Sumarno Markam., (1989). Pengendalian Kesulitan Belajar dan DMO, Jakarta: FKUI
Internet:

http://uphilunyue.blogspot.jp/2013/01/peran-guru-dalam-pendidikan-dan.html
 


Print Friendly and PDF

0 Response to "Makalah Perkembangan Peserta Didik Peran Guru Bagi Anak Berkesulitan Belajar Matematika"

Post a Comment