BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG MASALAH
Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam membentuk
sumber daya manusia yang tangguh. Sejak bayi dilahirkan ia sudah mulai dengan
proses belajarnya yang pertama, belajar dengan menyesuaikan diri dengan
liingkungan dunia. Hal ini akan berjalan terus sampai anak masuk sekolah dan
proses pembelajaran formal mulai ditetapkan pada dirinnya. Pada saat ini
seorang anak perlu dirangsang untuk mengembangkan rasa cinta untuk belajar, kebiasaan-kebiasaan
belajar yang baik dan rasa diri sebagai pelajar yang sukses.
Proses belajar pada anak mempunyai beberapa tujuan, diantaranya ialah:
1.
Agar
anak dapat maju ke fase perkembangan selanjutnya.
2.
Agar
anak mempunyai keterampilan-keterampilan yang baru yang berguna bagi
perkembangan dirinya.
3. Agar
anak dapat mengerti peranan sosial yang harus dijjalankannya dan mampu mengerti
peranan orang lain dalam konteks sosialnya.
Masalah akademik dapat ditemui oleh hampir seluruh siswa dalam setiap kelas
dan setiap pelajaran. Permasalahan akademis dapat berupa tidak dikuasainya
kemampuan atau materi yang diajarkan sebagai tujuan pengajaran. Anak-anak
seperti ini sering kali dikenal dengan anak yang mengalami prestasi belajar
rendah, baik karena lambat belajar maupun prestasinya dibawah kemampuan yang
dimilikinya. Anak yang mengalami kesulitan belajar tidak dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Karena tujuan dari belajar adalah mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh siswa. Dengan demikian, ketidak berhasilan mereka
dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi bukan hanya disebabkan oleh
kecerdasan saja melainkan juga karena faktor-faktor lainnya seperti akibat cara
belajar yang salah, kurang motifasi belajar, kurangnya fasilitas dan dukungan
dari orang tua, kesalahan-kesalahan guru
dalam cara mengajarnya sebagai akibat dari kurang memahami materi
pajarannya.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern mempunyai pera penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD untuk membekali kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan
bekerjasama. Gambaran kesulitan belajar siswa adalah masih banyaknya siswa yang
tidak memahami materi pelajaran, tuntutan yang harus mereka capai bagaimana
mengerjakan materi pembelajaran.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan yang baik, guru sebagai praktisi
pendidikan disekolah penting memperhatikan siswa. Guru harus mengenal dan memahami lebih dalam dan luas
tentang perkembangan peserta didiknya supaya ia bisa memfasilitasi perkembangan
anak secara tepat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana
yang diharapkan oleh masyarakat saat ini mengharuskan adanya pendidik yang
baik. Hal ini berarti bahwa sekolah memerlukan guru yang baik. Semua orang
yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar
di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena
manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa
membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu
menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya,
demikian peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada
saat itu ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara
optima.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa matematika itu?
2.
Faktor apa saja yang menyebabkan anak kesulitan
belajar?
3.
Bagaimana karakteristik anak berkesulitan belajar
matematika?
4.
Bagaimana peran guru bagi anak berkesulitan
belajar?
5.
Bagaimana cara mengatasi anak berkesulitan belajar
matematika?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini
untuk mencari tahu tanggapan atau respon dari beberapa sampel peserta didik terhadap pelajaran matematika dan mencari
tahu
apa penyebab siswa sulit belajar
matematika serta bagaimana peran guru dalam mengatasi anak yang memiliki kesulitan
belajar matematika.
1.4 Metode
Observasi menggunakan
perspektif deskreptif kuantitatif. Perspektif deskreptif kuantitatif adalah
perspektif dalam penelitian kuantitatif yang tidak memiliki nama formal atau
tidak memenuhi tipologi perspektif penelitian kuantitatif yang ada. Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data mengenai prilaku sosial anak jalanan di
Banjarmasin dengan menggunakan tiga bentuk, yaitu wawancara, observasi dan
catatan lapang.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Hakikat Matematika
Banyak orang yang
mempertukarkan matematika dengan aritmetika atau berhitung. Padahal, matematika
mememiliki cangkupan yang lebih luas daripada aritmetika. Aritmetika hanya
merupakan bagian dari matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan
disekolah, matematika merupakan bidang yang dianggap paling sulit oleh para
siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang
berkesulitan belajar.
Menurut Johnson dan
Myklebust (1967: 244), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengepresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan
fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (1988: 430)
Mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan
bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan
mengkomunikasikan ide mengenai element dan kuantitas. Kline (1981:172) juga
mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya
adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara
bernalar induktif.
Matematika merupakan
bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan
diperguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar
matematika. Cornelius (1982: 38) mengemukakan lima alasan perlunya belajar
matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan
logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah untuk kehidupan sehari-hari, (3)
sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana
untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk kesadaran perkembangan
budaya.
Ada beberapa pendekatan
dalam pembelajaran matematika, masing-masing didasarkan atas teori belajar yang
berbeda. Ada empat pendekatan yang paling berpengaruh dalam pembelajaran
matematika, (1) urutan belajar yang bersifat perkembangan (development learning sequences), (2) belajar tuntas (matery learning), (3) strategi belajar (learning strategies), (4) pemecahan
masalah (problem solving).
2.2 Penyebab Anak Kesulitan Belajar
Prestasi belajar
dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal. Penyebab utama kesulitan
belajar (learning disabilities)
adalah faktor internal yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis; sedangkan
penyebab utamanya problema belajar (learning
problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi
pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan
motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat.
Disfungsi neurologis sering tidak hanya
menyebabkan kesulitan belajar tetapi juga dapat menyebabkan tunagrahita dan
gangguan emosional. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan disfungsi neurologis
pada giliranya menyebabkan kesulitan belajar antara lain adalah (1) faktor
genetik, (2) luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen,
(3) biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk memfungsikan
saraf pusat), (4) biokimia yang dapat merusak otak (misalnya zat pewarna pada
makana), (5) pencemaran lingkungan (misalnya pencemaran timah hitam), (6) gizi
yang tidak memadai,
dan (7) pengaruh-pengaruh fisikologis dan sosial yang merugikan perkembangan
anak (deprifasi lingkungan). Dari berbagai penyebab tersebut dapat menimbulkan
gangguan dari tarafnya ringan hingga yang tarafnya berat.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa individu yang memiliki
kesulitan belajar matematika. Banyak peserta didik yang mengatakan mereka sulit
belajar matematika karena mareka tidak suka berhitung dan pelajaran matematika
menyangkut banyak rumus yang sulit dipahami. Sebagian peserta didik menjawab
bahwa mereka tidak suka belajar matematika karena mereka memiliki kemampuan
yang kurang dalam pelajaran matematika dan ada yang berpendapat pula bahwa
mereka sulit belajar matematika karena
tidak menyukai guru matematika. Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa, anak memiliki kesulitan belajar matematika disebabakan oleh
beberapa faktor; pertama, faktor anak
itu sendiri apakah dia memiliki kemampuan yang kurang dalam berhitung sehingga
dia sulit memahami pelajaran matematika seperti temannya yang lain. Akibatnya
minat belajar anak semakin hari semakin berkurang karena merasa dirinya tidak
bisa dalam pelajaran tersebut. Kedua,
faktor guru yang mengajar, anak sulit memahami pelajaran tergantung dengan guru
yang mengajar. Jika guru tersebut galak maka anak akan segan bertanya jika
mereka tidak paham dan apabila guru yang mengajar ramah maka besar kemungkinan
anak akan menyukai pelajaran tersebut. Ketiga,
faktor pelajaran matematika itu sendiri, karena pelajaran matematika lebih banyak
berhitung membuat peserta didik tidak menyukai pelajaran tersebut apalagi dalam
pelajaran matematika terdapat banyak sekali rumus yang sulit dipahami anak
sehingga mereka tidak suka pelajaraan tersebut. Akibatnya anak malas belajar
dan kedepanya sulit untuk belajar matemmatika.
2.3 Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar
Matematika
Kesulitan belajar
matematka disebut juga diskalkulia (dyscalculis)
(Lerner, 1988: 430). Istilah diskalkulia mmemiliki konotasi medis, yang
memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat. Kesuitan
belajar matematika yangg berat oleh Kirk
(1962: 10) disebut akalkulia (acalculia).
Menurut Lerner (1981:
357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu (1)
adanya gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual, (3)
asosiasi visual-motor, (4) perseverasi, (5) kesulitan mengenal dan memahami
simbol, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan membaca,
dan (8) performance IQ jauh lebih rendah daripada sekor Verbal IQ.
a. Gangguan Hubungan Keruangan
Anak
berkesulitan belajar sering megalami kesulitan dalam berkomunikasi dan
lingkungan sosial juga sering tidak mendukung terselenggaranya suatu situasi
yang kondusif bagi terjalinnya komunikasi antar mereka. Adanya kondisi
intrinsik yang diduga karena disfungsi otak dan kondisi ekstrinsik berupa
lingkungan sosial yang tidak menunjang terselenggaranya komunikasi dapat
menyebabkan anak mengalami gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan
keruangan. Sehingga dapat menyebabkan anak mengalami gangguan pemahaman tentang
sistem bilangan keseluruhan.
b. Abnormalitas Persepsi Visual
Anak berkesulitan belajar
matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam
hubungannya dengan kelompok atau set. Kesulitan semacam itu merupakan gejala
adanya abnormalitas persepsi visual. Anak yang mengalami abnormalitas persepsi
visual akan mengalami kesulitan bila mereka diminta untuk menjumblahkan dua
kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota. Anak
juga sering tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri. Adanya abnormalitas
persepsi visual semacam ini tentu saja dapat menimbulkan kesulitan dalam
belajar matematika terutama dalam memahami bilangan simbolis.
c. Asosiasi Visual-Motor
Anak berkesulitan belajar
matematika sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil
menyebutkan bilangannya “satu, dua, tiga, empat, lima.” Anak mungkin baru
memegang benda yang ketiga tetapi mengucapkan “lima”, atau sebaliknya, telah
menyentuh benda kelima tetapi baru mengucapkan “tiga”, anak-anak semaacam ini
dapat memberikan kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.
d. Perseverasi
Ada anak yang perhatiannya melekat pada satu objek
saja dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu
disebut perseverasi. Anak pada mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik,
tetapi lama kelaman perhatiannya melekat pada suatu objek tertentu. Misalnya :
4
+ 3 = 7
5
+ 3 = 8
5
+ 2 = 7
5
+ 4 = 9
4
+ 4 = 9
3
+ 4 = 9
Angka 9 diulang
beberapa kali tanpa memperhatikan kaitannya dengan soal matematika yang
dihadapi.
e. Kesulitan Mengenal dan Memahami
Simbol
Anak kesulitan belajar matematika sering mengalami
kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -,
=, >, <, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh
adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan adanya gangguan persepsi
visual.
f. Gangguan Penghayatan Tubuh
Anak berkesulitan belajar matematika sering
memperhatikan gangguan penghayatan tubuh (body
image). Anak demikian merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian
dari tubuhnya sendiri.
g. Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca
Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah
simbolis (Johnson & Myklebust, 1967: 244). Oleh karena itu, kesulitan dalam
bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Soal
matematika yang berbentuk cerita
menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu anak
yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan
soal matematika dalam bentuk cerita tertulis.
h. Sekor PIQ Jauh Lebih Rendah
daripada Sekor VIQ
Rendahnya sekor PIQ (Performance
Intelligence Quotient) pada anak yang berkesulitan belajar matematika tampaknya
terkait dengan kesulitan memahami konsep keruangan, gangguan persepsi visual,
dan adanya gangguan asosiasi visual-motor.
2.4 Peran Guru untuk Anak Berkesulitan Belajar
Ada dua kompetensi yang
perlu dikuasai oleh guru bagi anak berkesulitan belajar, yaitu kompetensi
teknis (technical competencies) dan
kompetensi konsultasi kolaboratif (collaborative
consultation competencies) (Lerner, 1988: 148). Kompetensi teknis
mencangkup (1) memahami berbagai teori tentang kesulitan belajar, (2) memahami
berbagai tes yang berkaitan dengan kesulitan belajar, (3) trampil dalam
melaksanakan asasmen dan evaluasi, dan (4) trampil dalam mengajarkan bahasa lisan,
bahasa tulis, membaca, matematika, mengelola prilaku dan terampil dalam
memberikan pelajaran prevokasional dan vokasional.
Bagi sebagian besar
anak-anak, matematika adalah pelajaran yang mengerikan. Alhasil, banyak
anak-anak menghindari untuk belajar mata pelajaran tersebut. Nah, tugas seorang
guru adalah membuat pelajaran matematika jadi topik menarik dan menyenangkan
bagi anak-anak. Berikut adalah beberapa tips bagi guru untuk membuat matematika
menarik untuk anak.
1. Membuat matematika menjadi pelajaran
yang menyenangkan
Anak-anak
menyukai suasana belajar yang interaktif dan penuh warna. Oleh karena itu, para
orang tua bisa mengajarkan matematika dengan membuat permainan untuk anak.
Setelah anak mengalami beberapa kemajuan dalam pelajaran, Anda dapat menaikkan
tingkat kesulitannya. Ini adalah langkah menuju belajar mandiri dan aktif.
2. Meningkatkan
kepercayaan diri anak
Angka
dan rumus membuat anak tidak menyukai matematika. Akibatnya, anak menjadi malas
belajar dan mendapat nilai yang buruk. Guru memiliki peranan besar untuk
membangun tingkat kepercayaan diri anak-anak. Guru perlu memastikan bahwa
mereka dapat mendorong peserta didik untuk menyelesaikan tugas matematika
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Setelah kepercayaan diri anak meningkat,
dia akan dapat memecahkan pertanyaan-pertanyaan sulit dalam pelajaran tersebut.
3. Mengembangkan motivasi anak
Cobalah
menanamkan metode ini untuk meningkatkan kualitas belajar anak, terutama untuk
pelajaran matematika. Guru harus
memotivasi anak dengan memberi dorongan semangat dan membimbing mereka.
4. Fakta
menarik tentang matematika
Anak-anak
selalu tertarik untuk mempelajari sesuatu yang baru. Jadi, saat mengajarkan
mereka konsep-konsep baru, pastikan anda berbicara tentang latar belakang konsep
atau teori-teori tersebut. Hal ini membuat anak-anak lebih terlibat dalam
pelajaran yang anda ajarkan. Belilah buku-buku tentang matematika dan beberapa
informasi tentang penemu teori tertentu dalam rumusan matematika untuk peserta
didik. Ini akan membuat mereka jadi lebih penasaran.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan yang baik, guru
sebagai praktisi pendidikan disekolah penting memperhatikan siswa. Guru harus
mengenal dan memahami lebih dalam dan luas tentang perkembangan peserta
didiknya supaya ia bisa memfasilitasi perkembangan anak secara tepat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat saat
ini mengharuskan adanya pendidik yang baik. Hal ini berarti bahwa sekolah
memerlukan guru yang baik. Semua
orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
belajar di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta
didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul
karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa
membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu
menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya,
demikian peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada
saat itu ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara
optimal.
2.5
Cara Mengatasi Anak Kesulitan Belajar Matematika
Kadang-kadang
kita dibuat jengkel dengan tingah anak-anak yang susah sekali untuk diajak
belajar. Selalu saja ada alasan untuk menunda-nunda mengerjakan PR. Telah banyak sekali cara kita lakukan untuk
memotivasi anak agar lebih giat belajar. Tapi hasilnya mereka selalu
ogah-ogahan. Jangan panik ataupun marah-marah dengan sikap anak-anak kita yang
seperti itu. Kita harus bisa pelan-pelan membuat mereka untuk lebih sadar
tentang pentingnya pendidikan. Jangan hanya uring-uringan saja, kita perlu
trik-trik jitu untuk membuat peseta didik untuk siap belajar.
a. Sadarkan
akan pentingnya belajar matematika, dengan mengenalkan tokoh-tokoh yang dapat
memotivasi mereka untuk giat belajar.
Hal
pertama yang dilakukan guru adalah menyadarkan kepada peserta didiknya bahwa
pendidikan sangat diperlukan. Kita harus memompa semangat blajar mereka dengan
mengenalkan tokoh-tokoh yang layak untuk menjadi panutan. Meyakinkan bahwa
mereka adalah harapan dan penerus kelangsungan kehidupan bangsa dan Negara.
b. Menjadi partner belajar anak.
Jangan
sungkan-sungkan untuk menjadi teman diskusi belajar murid anda. Menjadi partner
belajar itu lebih efektif untuk membuat anak asyik belajar. Sisakan waktu
istirahat anda untuk menemani mereka belajar. Jadilah teman yang bisa diajak
diskusi apa saja tentang pelajaran. Tidak masalah bila anda harus mengulang
pelajaran saat sekolah dulu.
c.
Dukung
dengan fasilitas-fasilitas belajar yang nyaman.
Tempat yang nyaman
adalah pendukung semangat belajar anak. Kalau memungkinkan buatlah tempat
belajar yang nyaman. Di ruangan khusus untuk belajar biar peserta didik tidak
terganggu dengan aktivitas orang-orang disekitarnya. Bila perlu fasilitasi
dengan perlengkapan yang nyaman. Tempat duduk dan meja lengkap dengan peralatan
belajar yang menarik.Ini dapat membantu semangatnya untuk terus belajar.
d.
Temani
Saat peserta didik belajar jangan lupa selalu
mendampingi atau menemaninya.. Tawarkan bantuan bila memang ia membutuhkan,
siapa tahu ia ingin minta anda membuatkan soal untuknya agar ia bisa berlatih
menghadapi ulangan sendiri di rumah.
e.
Beri
hadiah untuk prestasinya
Untuk membuat
anak giat dalam mencetak prestasi sebaiknya guru memberikan hadiah atas nilai
tertinggi mereka dalam mata pelajaran anda. Dengan membuat soal yang dapat
mereka jawab dengan benar dan tepat sebagai penghargaan untuk peserta didik.
Hal teersebut akan membuat peserta didik akan lebih semangat dalam mata
pelajaran anda dan mereka akan lebih giat belajar agar dapat mendapatkan
hadiah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan
demikian untuk untuk mengurangi siswa susah
untuk belajar guru
mempunyai peranan penting dalam pendidikan,
1. Jika
siswa mulai kelihatan jenuh, ajaklah peserta didik kita untuk bermain sebentar,
contohnya siswa diberi kebebasan membuat yel-yel, tepuk-tepuk yang menurut
mereka bisa menumbuhkan semangat belajar (3menit
yel-yel diucapkan bersama).
2. Sebelum
pelajaran inti guru mengajak siswa dalam sebuah permainan yang berguna untuk
memusatkan konsentrasi anak, contohnya guru menyebut gajah siswa mempraktekkan
dengan gerakan dan ucapan kecil, ketika guru menyebut semut siswa merespon
dengan gerakan dan ucapan besar. Hal itu bisa dicontohkan ke benda-benda lain.
3. Mengajak
siswa dalam suasana berbeda contoh guru tidak hanya monoton mengajar didalam
kelas tetapi diluar kelaspun jadi asal siswa diajak untuk tetap
bertanggungjawab & tetap komitmen belajar.
4. Siswa
diberi tanggung jawab untuk melakukan menjelaskan materi yang sebelumnya dibuat
tugas kelompok dan teman lainnya diajak untuk menilainya. Guru harus bisa mengarahkan dan
mendorong sisiwa itu untuk lebih kreatif.
5. Siswa diberi tanggung jawab untuk membuat soal
sendiri dan diserahkan kepada gurunya, kemudian guru menyortir dan menggunakannya
sebagai ulangan harian. Dari
hasil evaluasi tersebut guru memberi nilai 80 kepada siswa yang pintar untuk
mencapai nilai 100, siswa tersebut diberitanggung jawab untuk mengajari
temannya yang nilainya kurang. Guru membimbing dan mengawasinya.
3.2 Saran
1. Sebelum memulai pelajaran, guru harus
benar-benar menetapkan situasi dan kondisi yang benar-benar sesuai. Sehingga ketika pembelajaran berlangsung peserta didik
merasa nyaman dan mudah menerima pelajaran.
2. Guru harus membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan seksama agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dan pelajaran dapat mudah diterima oleh peserta didik.
3. Dalam
menyampaikan materi guru harus
bisa memahami kondisi siswa. Apakah dia merasa nyaman atau tidak saat belajar.
Tujuannya agar guru dapat mengetahui apakah peserta didik dapat memahami
pelajaran atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdurrahman, Mulyono., (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta
Gunarsa, Singgih D., (1981). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Gunarsa, Singgih D.: dan Gunarsa, Yulia Singgih D.,
(1989). Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Sumarno Markam., (1989). Pengendalian Kesulitan Belajar dan DMO, Jakarta: FKUI
Internet:
0 Response to "Makalah Perkembangan Peserta Didik Peran Guru Bagi Anak Berkesulitan Belajar Matematika"
Post a Comment