Proposal Penelitian Interaksi Edukatif di SMA KORPRI Banjarmasin

 



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar  Belakang  Masalah
Dalam proses pembelajaran terpadu terdapat interaksi yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, peserta didik dan proses pendidikan yang diberikan saling berhubungan satu sama lain sehingga dibutuhkan keterampilan dasar guru untuk melakukan interaksi edukatif.  Interaksi yang bernilai edukatif, yaitu interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya sehingga interaksi ini merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif.
Interaksi sosial anak didik disekolah, baik berupa interaksi antarindividu (anak didik), individu dengan kelompok (anak didik), dan kelompok dengan kelompok disekolah, diharafkan akan mengarah pada interaksi edukatif. Imam barnadib, et.al. dalam djamarah (2005) mengungkapkan bahwa anak didik memiliki karakteristik: belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik; masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaanya,  sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik, memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu, yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, inteligensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan dan jari), latar belakang biologis (warna kulit, bentuk tubuh dan lain sebagainya), serta perbedaan individual. Menurut M.Lutfianto,S.Pd (narasumber) Interksi edukatif itu sendiri adalah interaksi yang mendidik, tetapi tidak hanya dalam proses belajar mengajar saja tetapi juga dengan mengarahkan anak untuk berbuat baik, interaksi edukatif yang terjadi di SMA KORPRI tidak hanya di ruang kelas melainkan juga diluar kelas baik dalam bentuk individu maupun kelompok, seperti drama.
Dalam melaksanakan interaksi edukaf dalam pembelajaran, seorang pendidik perlu memahami karakteristik anak didik. Kegagalan menciptakan interaksi edukatif yang kondusif, berawal dari munculnya pemahaman pendidik terhadap karakteristik anak didik. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam proses pembelajaran tidak akan berlangsung sempurna bila minimnya pemahaman pendidik tentang karakteristik anak didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu membutuhkan keterampilan guru dalam mengolah pembelajaran sehingga dapat tersalurkan dengan tepat melalui tema pembelajaran. Dibutuhkannya pengetahuan dasar bagi guru agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan bagi proses pembelajaran sehingga dapat memudahkan baik guru maupun peserta didik menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini penting untuk dilakukan akan berimplikasi terhadap munculnya pemikiran dan perspektif baru tentang pentingnya peran guru dalam interaksi edukatif di sekolah, khususnya dalam memahami karakteristik anak didik, yang nantinya diharapkan menjadi warga negara yang demogratis serta bertanggung jawab pada kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
B.     Fokus Penelitian 
            Berdasarkan proporsi diatas, makapenelitian inidifokuskan pada hal-hal berikut:
1.      Proses Interaksi Edukatif
2.      Prinsip-rinsip Interaksi Edukatif
3.      Komponen Interaksi Edukatif
4.      Metode Mengajar
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
1.   Bagaimana gambaran secara deskriptif peran guru dalam interaksi edukatif di SMA KORPRI Banjarmasin?
2.   Seberapa besar peran guru terhadap interaksi edukatif di SMA KORPRI Banjarmasin?
D.    Tujuan Penelitian
1.    Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kepustakaan Sosiologi dan Pendidikan
2. Untuk memberitahukan pengalaman peneliti perihal peran guru dalam interaksi edukatif di SMA KORPRI Banjarmasin.
3.   Untuk mengetahui hal-hal yang kiranya dapat membantu memberikan solusi kepada guru agar bisa menciptakan suasan belajar yang disukai oleh siswa-siswinya.
E.     Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu;
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahann studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan konsep-konsep pengembangan guru yang mendekati pertimbangan-pertimbangan kontekstual dan konseptual, serta kultur yang berkembang pada dunia pendidikan dewasa ini. Pembahasan tentang peran guru dalam interaksi edukatif di SMA KORPRI Banjarmasin sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pendidikan yang akan menjadi suplemen bahasan dalam memperkuat validitas dan reabilitas pelaksanaan manajemen berbasis kompetensi sebagai sebuah nilai budaya istitusi, disamping sebagai sebuah konsep operasional. Sisi lain yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah dapat merumuskan asumsi tentang kultur guru dalam interaksi edukatif untuk dapat melaksanakan sistem pengendalian mutu pendidikan sehingga pada akhirnya dapat memberikan kepuasan, kepercayaan, dan pelayanan kepada masyarakat luas dan pemakaian jasa pendidikan terhadap institusi pendidikan.
2.      Manfaat Praktis
Manfaat penelitian secara praktis diharafkan dapat memiliki kemanfaatan sebagai berikut:
a)    Penelitian ini diharafkan juga dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi SMA KORPRI Banjarmasin untuk dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan konseptual operasional dalam merumuskan pola pengembangan peran guru dalam interaksi edukatif.
b)    Masukan bagi kepala sekolah di SMA KORPRI Banjarmasin mengenai pentingnya peran guru dalam interaksi edukatif.
c) Bahan perbandinangan bagi pimpinan Dinas Pendidikan Banjarmasin untuk meningkatkan kualitas pendidikannya.

BAB II
KERANGKA TEORI

1.        Proses Interaksi Edukatif
Pendidikan adalah proses transformasi atau perubahan tingkah laku (change of bebavior) peserta didik. Bukan hanya sekedar perubahan dalam penambahan jenis tingkah lakunya, tetapi diharafkan terjadi perubahan struktur yang berkenaan dengan perubahan tingkah laku menuju ke derajat kemampuan tertentu. Artinya dalam garapan pendidikan akan terjadi proses perubahan tingkah laku menuju kepada kedewasaan (maturity). Hubungan pendidik dan peserta didik adalah hubungan fungsional dalam arti pendidik dan pelaku terdidik. Meskipun pendidik dan peserta didik memiliki tujuan tersendiri namun tujuan tersebut dapat dipersatukan dengan tujuan instruksional (Wahyudin, H. Din, dkk. 2004: 3.6). Setiap guru memiliki tipe yang berbeda-beda. Hal tersebut akan mempengaruhi proses pendidikan di sekolah. Menurut S. Nasutian, guru dapat diklasifikasikan dalam 2 tipe, yakni otoriter-dominatif (menjaga jarak dengan murid) dan demogratis-integratif (menguasai murid). Frank Hart pada tahun 1934 menanyakan kepada sejumlah 10.000 siswa SMA atas bagaimana guru yang mereka sukai dan apa sebab mereka menyukainnya. Alasan yang paling banyak dikemukakan bahwa guru diskai apabila ia “berperikemanusiaan, bersikap ramah dan bersahabat”.
Interaksi dikatakan interaksi edukatif, apabila secara sadar memiliki tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaanya. Dalam hal ini yang penting bukan bentuk interaksinya, tetapi yang pokok adalah maksud atau tujuan berlangsungnya interaksi itu sendiri. Karena tujuan menjadi hal yang pokok, kegiatan interaksi itu memang direncanai atau disengaja. Oleh karena dalam belajar perlu ada proses internalisasi sehingga akan menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.  Tujuan interaksi edukatif adalah untuk membantu anak didik untuk mencapai suatu perkembangan tertentu. Dalam melaksanakan intersksi edukstif dalam pembelajaran seorang guru perlu memahami karakteristik siswa.Kegagalan menciptakan interaksi edukatif yang kondusif, berawal dari munculnya pemahaman pendidik terhadap karakteristik anak didik. Perbedaan karakteristik anak didik yang perlu diketahui pendidik, dalam melihat ciri tertentu seperti: perbedaan biologis, perbedaan intelektual dan perbedaan psikologis. Pemahaman terhadap perbedaan anak didik ini bertujuan agar seorang pendidik memiliki taktik dan strategi dalam proses pembelajaran edukatif (Idi Abdullah. 2013: 122-123). Interaksi edukatif antara guru dansiswa yang di harafkandapattercapaidengan optimal apabila adanya kesadaran guru bahwa tugas mulia dalam mengajar dan mendidik siswa itu sifatnya komprehansif. Melaksanakan tugas sebagai guru haruslah dipahami sebagai tugas mencerdaskan siswa yang memerlukan keteladanan baik didalam maupun di luar sekolah. Dalam proses interaksi edukatif setidaknya ada dua kegiatan, kegiatan guru pada satu sisi; kegiatan anak didik pada sisi lain. Guru mengajar dengan gayanya tersendiri dan siswa belajar dengan gayanya tersendiri pula. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mempelajari psikologis siswa dan iklim kelas. Suatu interaksi yang harmonis terjadi dengan baik apabila dalam prosesnya ada keselarasan, keseimbangan, keserasian, antara guru dansiswa. Guru juga mendorong siswa agar dalam proses pembelajaran lebihaktif dan kreatif.
Interaksi edukatif hanya dapat tercipta apabila seorang guru tidak hanya memiliki kompetensi dan profesional dalam proses pembelajaran. Seorang guru juga perlu memahami dimensi sosio-psikologis siswa yang akan mempengaruhi sukses tidaknya siswa dalam pembelajaran. Permasalahan  intirinsik dan ektinsik siswa memerlukan perhatian dan motivasi tulus dan ikhlas dari guru, agar siswa memiliki semangat atau motivasi unggulan dalam belajar dan meraih proses pencapaian cita-cita yang di dambakan.
2.      Prinsip-prinsip Interaksi Edukatif
Menurut Idi Abdulahinteraksi edukatif adalah sebuah interaksi yang tidak pernah sepi dari masalah. Dimana anak didik kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai ke dalam situasi yang nyata dan berlainan. Kebanyakan anak didik hanya menerima informasi dan kurang dapat memahami hubungannya dengan nilai di lingkungannya. Hal ini disebabkan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru dalm bentuk penjelasan kurang atau tidak dikaitkan dengan situasi lingkungan nyata. Dalam rangka menjangkau dan memenuhi sebagian besar kebutuhan anak didik, dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi edukatif diharapkan mampu menjembatani dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi guru serta interaksi edukatif dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
    1.      Prinsip motivasi
Motivasi untuk menerima materi pun berbeda-beda. Hal ini perlu disadari guru agar dapat memberikan motivasi yang bervariasi kepada anak didik.
    2.      Prinsip berangkat dari persepsi yang dimiliki
Setiap anak didik memiliki latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Penjelasan yang disampaikan guru sebaiknya mengeitkan pengetahuan dan pengalaman anak didik sehingga akan memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengelaman baru bajkan membuat anak mudah memusatkan perhatiannya.
    3.      Prinsip mengarah pada titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu
         Titik pusat (fokus) aka membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajr serta akan memberikan arah kepada tujuannya. Tema adalah merupakan titik pusat (fokus) pembelajaran di TK.
    4.      Prinsip keterpaduan
Keterkaitan antara satu tema dengan tema yang lain, atau keterkaitan anatara satu bidang pengembangan dengan bidang pengembangan yang lainnya dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
    5.      Prinsip pemecahan masalah yang dihadapi
Pemecahan masalah dapat mendorong anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah dalam belajar. Guru perlu menciptakan suatu masalah untuk melatih anak memecahkan berbagai masalah yang sesuai dengan tema yang dipelajarinya.
     6.      Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri
Lingkungan harus diciptakan untuk menunjang potensi. Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada anak untuk mencari dan menemukan sendiri berbagai informasi. Tugas guru disini adalah memfasilitasinya.
     7.      Prinsip belajar sambil bekerja (learning by doing)
Belajar sambil melakukan aktivitas aka lebih banyak memberikan hasil bagi anak didik sebab pemahaman yang didapat anak didik lebih bertahan lama tersimpan dalam diri anak. Menimbulkan kesan yang lebih permanen dalan diri anak didik.
     8.      Prinsip hubungan sosial
Anak juga perlu dilatih bagaimana membina hubungan sosial dengan teman-temannya, dengan guru dan juga dengan orang-orang lain yang terdapat disekolah.
     9.      Prinsip perbedaan individual.
Setiap anak didik adalah unik dan berbeda dari aka yang lainnya. Hal ini perlu disadari oleh guru sehingga memudahkan guru untuk melakukan interaksi edukatif dengan setiap anak didik.
3.      Komponen Interaksi Edukatif
Sebagai suatu sistem tentu saja interaksi edukatif mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber, dan evaluasi. Seperti yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah mengenai komponen interaksi edukatif ikutlah uraian berikut.
    1.      Tujuan
Kegiatan interaksi edukatif adalah sesuatu kegiatan yang secara sadar dilakukan oleh guru. Atas dasar kesadaran itu lah guru melakukan kegiatan pembuatan program pengajaran, dengan prosedur dan langkah-langkah yang sistematik. Didalam tujuan pembelajaran terhimpun sejumlah norma yang akan ditanamkan kedalam diri setiap siswa. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran dapat diketahui dari penguasaan siswa terhadap bahan yang diberikan selama kegiatan interaksi edukatif berlangsung.
    2.      Bahan pelajaran
Bahan adalah susbtansi yang akan disampaikan dalam proses interaksi edukatif.
tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan. Karena itu bahan pelajaran mutlak harus mutlak dikuasai guru dengan baik, baik bahan pelajaran pokok maupun bahan pelajaran penunjang dan bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif.
    3.      Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti dari kegiatan dalam pendidikan segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar, dalam pengelolaan dan pengajaran kelas yang perlu diperhatikan oleh guru adalah perbedaan anak didik pada aspek biologis intelektual dan psikologis. Interaksi edukatif yang akan terjadi juga dipengaruhi oleh cara guru memahami perbedaan individual siswa ini.
    4.      Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.  Dalam kegiatan belajar mengajar metode sangat penting maka dalam hal ini guru harus menggunakan metode yang bervariasi karena penggunaan metode mengajar dapat mempengaruhi perhatian dan pemahaman anak didik, maka perlu diperhatikan tujuan berbagai jenis fungsinya anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya, fasilitator serta pribadi guru dengan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
    5.      Alat
Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapa tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi ini edukatif biasanya digunakan alat non material dan alat material. Alat material berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat dan sebagainya. Sedangkan alat material adalah atau alat bantu pengajaran berupa papan tulis, gambar, video dan sebagainya.
    6.      Sumber belajar
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali, ada dimana-mana di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya. Segala sesuatu dapat di pergunakan sebagai sumber belajar sesuai kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
    7.      Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Tujuan evaluasi disini adalah untuk mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan siswa dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Dariuraian diatas dapat disimpulkan bahwa komponen merupakan hal yang penting jika semua komponen dilaksanakan guru dengan baik, maka guru akan dapat mencapai tujuan pembelajaran dan komponen tersebut dijadikan acuan dan prosedur oleh guru. 
4.      Metode Mengajar
Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang mutlak yang harus dipunyai guru. Metode mengajar akan membantu guru mengembangkan keterampilan dasar mengajarnya, sehingga guru dapat mengoptimalkan perannya di kelas. Untuk memilih metode mengajar tidak bisa sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan. Misalnya seperti yang dikemukakan oleh Winarno Sukarhmad (1979) sebagai berikut:
a.       Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya
b.      Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya
c.       Situasi dengan berbagai keadaan
d.      Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya
e.       Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.
Karena banyaknya mata pelajaran maka tujuan untuk setisp msts pelsjsrsn pun berbeda-beda pula. Hal ini memungkinkan seorang guru untuk memilih metode untuk mencapai tujuan tersebut. Pemilihan metode harus berpedoman pada tujuan pembelajaran, karena metode tersebut memiliki dua dampak. Pertama dampak langsung (mendatangkan hasil dalam waktu dekat) yaitu tujuan secara langsung akan dicapai setelah selesai pertemuan peristiwa interaksi edukatif dan hasilnya berkenaan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diukur secara konkret dan pasti. Kedua dampak pengiring (hasil dirasakan dalam waktu lama) yaitu hasil pengajaran tidak langsung dapat diukur, tetapi hasilnya diharafkan akan berpengaruh kepada anak didik. Hdampak pengiring berkenaan dengan sikap dan nilai (Djamarah, Bahri, Syaiful. 1994: 193-194).
Metode-metode mengajar yang berkadar CBSA tinggi dan metode mengajar yang berkadar CBSA rendah antara lain;
a.      Metode Proyek
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.
b.      Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Bertujuan agar anak didik terlibat sepenuhnya merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
c.       Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat. Pemberian tugas berkaitan dengan resitasi yang merupakan suatu laporan anak didik setelah mereka mengerjakan tugas.
d.      Metode Diskusi
Diskusi adalah pemberian alternatif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan.
e.       Metode Bermain Peran
Metode Bermain Peran ialah suat cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik.
f.        Metode Sosiodrama
Metode Sosiodrama ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertent yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan sosial).
g.      Metode Demonstrasi
Demonstrasi ialah suatu metode yang digunakan untuk memperhatikan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
h.      Metode Karyawisata
Metode karyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan oleh para anak didik dengan jalan membawa mereka langsung ke objek yang terdapat diluar kelas atau lingkungan, sehingga mereka dapat mengamati dan mengalami secara langsung.
i.        Metode Tanya Jawab
Metode tanya Jawab ialah suatu cara penyajian bahan dengan bentk pertannyaan yang perlu dijawab oleh anak didik.
j.        Metode Latihan
Metode Latihan yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dan juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.
k.       Metode Bercerita
Metode Bercerita ialah suatu cara mengajar dengan bercerita. Dalam metode ini, baik guru maupun anak didik dapat berperan sebagai penutur.
l.        Metode Ceramah
Metode Ceramah adalah metod yang boleh dikatakan metode tradisional. Karena digunakan sejak dulu sebagai alat kominikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
 
BAB III
METODE PENELITIAN

F.     Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan jenis penelitian
1.      Berdasarkan tujuan peneliti menggunakan:
a.       penelitian eksploratif: bertujuan menemukan suatu pengetahuan baru yang sebelumnya belum ada.
b.      Penelitian deskriptif: bertujuan memberikan gambaran yang lebih detail mengenai gejala atau fenomena.
2.      Berdasarkan metode penelitian menggunakan :
Penelitian kualitatif: penelitian yang berusaha memahami kejadian sosial berdasarkan pandangan-pandangan subjektif dari para pelaku. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawanannya adalah eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyanto, 2013:1)
G.    TempatPenelitian
Tempat penelitian adalah SMA KORPRI yang terletak di jln. Tanjung I Perumas Kayu Tangi Blok IV Banjarmasin.
H.    Sumber Data
     Pada penelitian ini sumber data yang didapat peneliti adalah ;
1.      Data primer yaitu data yang diperoleh dari siswa dan guru yang mengajar di SMA KORPRI Banjarmasin.
2.      Data sekunder yaitu referensi dari beberapa buku yang masih termasuk dalam koridor bahan yang dibahas.
I.      Instrumen
Menurut Poerwandari (1998) penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.Dalam mengumpulkan data-data peneliti membutuhkan alat Bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu :
      1.      Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
      2.      Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasrkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.
      3.      Alat Perekam
Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.
J. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data, yaitu :
1.      Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998)
2.      Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
K. Analisis Data
Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif  terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan diantaranya  :
1.      Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
2.      Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.
3.      Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.
4.      Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternative penjelasan lain tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
5.      Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakaiadalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.
L. Rencana Pengujian Keabsahan Data
Metode keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Triangulasi.  Triangulasi adalah kombinasi beragam sumber data, tenaga peneliti, teori dan teknik metodologis  dalam suatu penelitian atas gejala sosial. Triangulasi diperlukan karena setiap teknik memiliki kelemahan serta keunggulannya sendiri. Dengan demikian triangulasi memungkinkan tangkapan realitas secara lebih valid. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan  perpaduan antara triangulasi teori dan juga triangulasi sumber data. Sebab dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teori dalam menganalisis data yang diperoleh dan juga  membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh  melalui waktu dan cara yang berbeda. Menurut Platon dalam Bungin (2007:256-257) dalam    metode kualitatif  triangulasi  sumber data dilakukan dengan cara, sebagai berikut:
a.         Penilaian hasil penelitian oleh responden
b.        Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data
c.         Menyediakan tambahan informasi secara sukarela
d.        Memasukkan informasi dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan untuk mengkhiktisyarkan sebagai langkah awal analisis data, dan
e.         Menilain kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan
M. Jadwal Penelitian



Januari

Februari
NO
Jadwal Kegiatan
I
II
III
IV
I
II
III
IV
1
Survey awal dan penentuan lokasi penelitian








2
Penyusunan proposal








3
Seminar proposal








4
Pelaksanaan penelitian








5
Pengolahan data, analisis dan








6
Seminar hasil








  
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful, Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Idi, Abdulah. 2013. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
S. Nasutiaon. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyanto, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahyudin, H. Din, . Dkk. 2004. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
W.J.S. Poerwodarminto. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.








  


Print Friendly and PDF

0 Response to "Proposal Penelitian Interaksi Edukatif di SMA KORPRI Banjarmasin"

Post a Comment