BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam proses pembelajaran terpadu terdapat interaksi yang dilakukan oleh
guru dan peserta didik, peserta didik dan proses pendidikan yang diberikan
saling berhubungan satu sama lain sehingga dibutuhkan keterampilan dasar guru
untuk melakukan interaksi edukatif.
Interaksi yang bernilai edukatif, yaitu interaksi yang dengan sadar
meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang.
Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah
pengetahuan sebagai mediumnya sehingga interaksi ini merupakan hubungan yang
bermakna dan kreatif.
Interaksi
sosial anak didik disekolah, baik berupa interaksi antarindividu (anak didik),
individu dengan kelompok (anak didik), dan kelompok dengan kelompok disekolah,
diharafkan akan mengarah pada interaksi edukatif. Imam barnadib, et.al. dalam
djamarah (2005) mengungkapkan bahwa anak didik memiliki karakteristik: belum
memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik;
masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaanya, sehingga masih menjadi tanggung jawab
pendidik, memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara
terpadu, yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, inteligensi, emosi, kemampuan
berbicara, anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan dan jari), latar belakang
biologis (warna kulit, bentuk tubuh dan lain sebagainya), serta perbedaan
individual. Menurut
M.Lutfianto,S.Pd (narasumber) Interksi edukatif itu sendiri adalah interaksi yang
mendidik, tetapi tidak hanya dalam proses belajar mengajar saja tetapi juga
dengan mengarahkan anak untuk berbuat baik, interaksi edukatif yang terjadi di
SMA KORPRI tidak hanya di ruang kelas melainkan juga diluar kelas baik dalam
bentuk individu maupun kelompok, seperti drama.
Dalam
melaksanakan interaksi edukaf dalam pembelajaran, seorang pendidik perlu
memahami karakteristik anak didik. Kegagalan menciptakan interaksi edukatif
yang kondusif, berawal dari munculnya pemahaman pendidik terhadap karakteristik
anak didik. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam proses pembelajaran
tidak akan berlangsung sempurna bila minimnya pemahaman pendidik tentang
karakteristik anak didik. Dalam
pelaksanaan pembelajaran terpadu membutuhkan keterampilan guru dalam mengolah
pembelajaran sehingga dapat tersalurkan dengan tepat melalui tema pembelajaran.
Dibutuhkannya pengetahuan dasar bagi guru agar memiliki keterampilan yang
dibutuhkan bagi proses pembelajaran sehingga dapat memudahkan baik guru maupun
peserta didik menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini penting untuk dilakukan
akan berimplikasi terhadap munculnya pemikiran dan perspektif baru tentang
pentingnya peran guru dalam interaksi edukatif di sekolah, khususnya dalam
memahami karakteristik anak didik, yang nantinya diharapkan menjadi warga
negara yang demogratis serta bertanggung jawab pada kesejahteraan masyarakat
dan tanah air.
B.
Fokus
Penelitian
Berdasarkan proporsi diatas, makapenelitian inidifokuskan pada hal-hal berikut:
Berdasarkan proporsi diatas, makapenelitian inidifokuskan pada hal-hal berikut:
1. Proses
Interaksi Edukatif
2. Prinsip-rinsip
Interaksi Edukatif
3. Komponen
Interaksi Edukatif
4. Metode
Mengajar
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut;
1. Bagaimana
gambaran secara deskriptif peran guru dalam interaksi edukatif di SMA KORPRI
Banjarmasin?
2. Seberapa
besar peran guru terhadap interaksi edukatif di SMA KORPRI Banjarmasin?
D.
Tujuan
Penelitian
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Studi Kepustakaan Sosiologi dan Pendidikan
2. Untuk
memberitahukan pengalaman peneliti perihal peran guru dalam interaksi edukatif
di SMA KORPRI Banjarmasin.
3. Untuk
mengetahui hal-hal yang kiranya dapat membantu memberikan solusi kepada guru
agar bisa menciptakan suasan belajar yang disukai oleh siswa-siswinya.
E.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu;
1. Manfaat
Teoritis
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahann studi lanjutan yang relevan dan
bahan kajian ke arah pengembangan konsep-konsep pengembangan guru yang
mendekati pertimbangan-pertimbangan kontekstual dan konseptual, serta kultur
yang berkembang pada dunia pendidikan dewasa ini. Pembahasan tentang peran guru
dalam interaksi edukatif di SMA KORPRI Banjarmasin sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari manajemen pendidikan yang akan menjadi suplemen bahasan dalam
memperkuat validitas dan reabilitas pelaksanaan manajemen berbasis kompetensi
sebagai sebuah nilai budaya istitusi, disamping sebagai sebuah konsep
operasional. Sisi lain yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah dapat
merumuskan asumsi tentang kultur guru dalam interaksi edukatif untuk dapat
melaksanakan sistem pengendalian mutu pendidikan sehingga pada akhirnya dapat
memberikan kepuasan, kepercayaan, dan pelayanan kepada masyarakat luas dan
pemakaian jasa pendidikan terhadap institusi pendidikan.
2. Manfaat
Praktis
Manfaat
penelitian secara praktis diharafkan dapat memiliki kemanfaatan sebagai
berikut:
a) Penelitian
ini diharafkan juga dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi SMA KORPRI
Banjarmasin untuk dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan konseptual
operasional dalam merumuskan pola pengembangan peran guru dalam interaksi
edukatif.
b) Masukan
bagi kepala sekolah di SMA KORPRI Banjarmasin mengenai pentingnya peran guru
dalam interaksi edukatif.
c) Bahan
perbandinangan bagi pimpinan Dinas Pendidikan Banjarmasin untuk meningkatkan
kualitas pendidikannya.
BAB II
KERANGKA TEORI
1.
Proses Interaksi Edukatif
Pendidikan
adalah proses transformasi atau perubahan tingkah laku (change of bebavior) peserta didik. Bukan hanya sekedar perubahan
dalam penambahan jenis tingkah lakunya, tetapi diharafkan terjadi perubahan
struktur yang berkenaan dengan perubahan tingkah laku menuju ke derajat
kemampuan tertentu. Artinya dalam garapan pendidikan akan terjadi proses
perubahan tingkah laku menuju kepada kedewasaan (maturity). Hubungan pendidik dan peserta didik adalah hubungan
fungsional dalam arti pendidik dan pelaku terdidik. Meskipun pendidik dan
peserta didik memiliki tujuan tersendiri namun tujuan tersebut dapat
dipersatukan dengan tujuan instruksional (Wahyudin, H. Din, dkk. 2004: 3.6).
Setiap guru memiliki tipe yang berbeda-beda. Hal tersebut akan mempengaruhi
proses pendidikan di sekolah. Menurut S. Nasutian, guru dapat diklasifikasikan
dalam 2 tipe, yakni otoriter-dominatif
(menjaga jarak dengan murid) dan demogratis-integratif (menguasai murid). Frank
Hart pada tahun 1934 menanyakan kepada sejumlah 10.000 siswa SMA atas bagaimana
guru yang mereka sukai dan apa sebab mereka menyukainnya. Alasan yang paling
banyak dikemukakan bahwa guru diskai apabila ia “berperikemanusiaan, bersikap
ramah dan bersahabat”.
Interaksi
dikatakan interaksi edukatif, apabila secara sadar memiliki tujuan untuk
mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaanya. Dalam hal ini yang penting bukan bentuk interaksinya,
tetapi yang pokok adalah maksud atau tujuan berlangsungnya interaksi itu
sendiri. Karena tujuan menjadi hal yang pokok, kegiatan interaksi itu memang
direncanai atau disengaja. Oleh karena dalam belajar perlu ada proses
internalisasi sehingga akan menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan interaksi edukatif adalah untuk
membantu anak didik untuk mencapai suatu perkembangan tertentu. Dalam melaksanakan intersksi edukstif dalam pembelajaran seorang
guru perlu memahami karakteristik siswa.Kegagalan menciptakan interaksi edukatif yang
kondusif, berawal dari munculnya pemahaman pendidik terhadap karakteristik anak didik. Perbedaan karakteristik anak didik
yang perlu diketahui pendidik, dalam melihat ciri tertentu
seperti: perbedaan biologis, perbedaan intelektual dan perbedaan psikologis.
Pemahaman terhadap perbedaan anak didik ini bertujuan agar seorang pendidik
memiliki taktik dan strategi dalam proses pembelajaran edukatif (Idi Abdullah.
2013: 122-123). Interaksi edukatif antara
guru dansiswa yang di harafkandapattercapaidengan optimal
apabila adanya kesadaran guru bahwa tugas mulia dalam mengajar dan mendidik siswa itu sifatnya komprehansif. Melaksanakan tugas sebagai
guru haruslah dipahami sebagai tugas mencerdaskan siswa yang
memerlukan keteladanan baik didalam maupun di luar sekolah. Dalam proses
interaksi edukatif setidaknya ada dua kegiatan, kegiatan guru pada satu sisi;
kegiatan anak didik pada sisi lain. Guru
mengajar dengan gayanya tersendiri dan siswa belajar dengan gayanya tersendiri pula.
Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mempelajari psikologis siswa dan iklim kelas.
Suatu interaksi yang harmonis terjadi dengan baik apabila dalam prosesnya ada keselarasan,
keseimbangan, keserasian, antara guru dansiswa. Guru juga mendorong siswa agar
dalam proses pembelajaran lebihaktif dan kreatif.
Interaksi
edukatif hanya dapat tercipta apabila seorang guru
tidak hanya memiliki kompetensi dan profesional dalam proses pembelajaran. Seorang
guru juga perlu memahami dimensi sosio-psikologis siswa yang
akan mempengaruhi sukses tidaknya siswa dalam pembelajaran.
Permasalahan intirinsik dan ektinsik siswa memerlukan perhatian dan motivasi tulus dan ikhlas dari
guru, agar siswa memiliki semangat atau motivasi unggulan dalam belajar dan meraih
proses pencapaian cita-cita yang di dambakan.
2.
Prinsip-prinsip Interaksi Edukatif
Menurut Idi Abdulahinteraksi edukatif adalah sebuah interaksi yang tidak pernah sepi dari
masalah. Dimana anak didik kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa
pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai ke dalam situasi yang nyata
dan berlainan. Kebanyakan anak didik hanya menerima informasi dan kurang dapat
memahami hubungannya dengan nilai di lingkungannya. Hal ini disebabkan bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru dalm bentuk penjelasan kurang atau tidak
dikaitkan dengan situasi lingkungan nyata. Dalam rangka menjangkau dan memenuhi
sebagian besar kebutuhan anak didik, dikembangkan beberapa prinsip dalam
interaksi edukatif diharapkan mampu menjembatani dan memecahkan masalah yang
sedang dihadapi guru serta interaksi edukatif dapat mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.
Prinsip
motivasi
Motivasi untuk menerima materi pun berbeda-beda. Hal ini perlu disadari
guru agar dapat memberikan motivasi yang bervariasi kepada anak didik.
2.
Prinsip
berangkat dari persepsi yang dimiliki
Setiap anak didik memiliki latar belakang pengalaman dan pengetahuan
yang berbeda. Penjelasan yang disampaikan guru sebaiknya mengeitkan pengetahuan
dan pengalaman anak didik sehingga akan memudahkan mereka menanggapi dan
memahami pengelaman baru bajkan membuat anak mudah memusatkan perhatiannya.
3.
Prinsip
mengarah pada titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu
Titik pusat (fokus) aka membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajr serta akan memberikan arah kepada tujuannya. Tema adalah merupakan titik pusat (fokus) pembelajaran di TK.
Titik pusat (fokus) aka membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajr serta akan memberikan arah kepada tujuannya. Tema adalah merupakan titik pusat (fokus) pembelajaran di TK.
4.
Prinsip
keterpaduan
Keterkaitan antara satu tema dengan tema yang lain, atau keterkaitan
anatara satu bidang pengembangan dengan bidang pengembangan yang lainnya dalam
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
5.
Prinsip pemecahan
masalah yang dihadapi
Pemecahan masalah dapat
mendorong anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah dalam
belajar. Guru perlu menciptakan suatu masalah untuk melatih anak memecahkan
berbagai masalah yang sesuai dengan tema yang dipelajarinya.
6.
Prinsip
mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri
Lingkungan harus diciptakan untuk menunjang potensi. Guru sebaiknya
memberi kesempatan kepada anak untuk mencari dan menemukan sendiri berbagai
informasi. Tugas guru disini adalah memfasilitasinya.
7.
Prinsip
belajar sambil bekerja (learning by doing)
Belajar sambil melakukan aktivitas aka lebih banyak memberikan hasil
bagi anak didik sebab pemahaman yang didapat anak didik lebih bertahan lama
tersimpan dalam diri anak. Menimbulkan kesan yang lebih permanen dalan diri
anak didik.
8.
Prinsip
hubungan sosial
Anak juga perlu dilatih bagaimana membina hubungan sosial dengan
teman-temannya, dengan guru dan juga dengan orang-orang lain yang terdapat
disekolah.
9.
Prinsip
perbedaan individual.
Setiap anak didik adalah unik dan berbeda dari aka yang lainnya. Hal ini
perlu disadari oleh guru sehingga memudahkan guru untuk melakukan interaksi
edukatif dengan setiap anak didik.
3.
Komponen
Interaksi Edukatif
Sebagai suatu sistem tentu saja
interaksi edukatif mengandung sejumlah komponen yang
meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat,
sumber, dan evaluasi. Seperti yang dikemukakan oleh Syaiful
Bahri Djamarah
mengenai komponen interaksi edukatif ikutlah uraian berikut.
1. Tujuan
Kegiatan interaksi edukatif adalah
sesuatu kegiatan yang secara sadar dilakukan oleh guru. Atas dasar kesadaran
itu lah guru melakukan kegiatan pembuatan program pengajaran, dengan prosedur
dan langkah-langkah yang sistematik. Didalam tujuan pembelajaran terhimpun
sejumlah norma yang akan ditanamkan kedalam diri setiap siswa. Tercapai
tidaknya tujuan pembelajaran dapat diketahui dari penguasaan siswa terhadap
bahan yang diberikan selama kegiatan interaksi edukatif berlangsung.
2. Bahan pelajaran
Bahan adalah susbtansi yang akan
disampaikan dalam proses interaksi edukatif.
tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan. Karena itu bahan pelajaran mutlak harus mutlak dikuasai guru dengan baik, baik bahan pelajaran pokok maupun bahan pelajaran penunjang dan bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif.
tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan. Karena itu bahan pelajaran mutlak harus mutlak dikuasai guru dengan baik, baik bahan pelajaran pokok maupun bahan pelajaran penunjang dan bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif.
3. Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah
inti dari kegiatan dalam pendidikan segala sesuatu yang telah diprogramkan akan
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar, dalam pengelolaan dan pengajaran
kelas yang perlu diperhatikan oleh guru adalah perbedaan anak didik pada aspek
biologis intelektual dan psikologis. Interaksi edukatif yang akan terjadi juga
dipengaruhi oleh cara guru memahami perbedaan individual siswa ini.
4. Metode
Metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar metode sangat penting maka dalam hal ini guru harus
menggunakan metode yang bervariasi karena penggunaan metode mengajar dapat
mempengaruhi perhatian dan pemahaman anak didik, maka perlu diperhatikan tujuan
berbagai jenis fungsinya anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya,
fasilitator serta pribadi guru dengan kemampuan profesionalnya yang
berbeda-beda.
5. Alat
Alat adalah sesuatu yang dapat
digunakan dalam rangka mencapa tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi
ini edukatif biasanya digunakan alat non material dan alat material. Alat
material berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat dan sebagainya. Sedangkan
alat material adalah atau alat bantu pengajaran berupa papan tulis, gambar,
video dan sebagainya.
6. Sumber belajar
Sumber belajar sesungguhnya banyak
sekali, ada dimana-mana di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan
sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tergantung pada kreativitas
guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya. Segala sesuatu dapat di
pergunakan sebagai sumber belajar sesuai kepentingan guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
7. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik
dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Tujuan evaluasi disini
adalah untuk mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan siswa dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
Dariuraian diatas dapat disimpulkan bahwa komponen merupakan hal
yang penting jika semua komponen dilaksanakan guru dengan baik, maka guru
akan dapat mencapai tujuan pembelajaran dan komponen tersebut dijadikan acuan dan prosedur oleh
guru.
4.
Metode
Mengajar
Keterampilan
dasar mengajar adalah keterampilan yang mutlak yang harus dipunyai guru. Metode
mengajar akan membantu guru mengembangkan keterampilan dasar mengajarnya,
sehingga guru dapat mengoptimalkan perannya di kelas. Untuk memilih metode
mengajar tidak bisa sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut
dipertimbangkan. Misalnya seperti yang dikemukakan oleh Winarno Sukarhmad
(1979) sebagai berikut:
a. Tujuan
dengan berbagai jenis dan fungsinya
b. Anak
didik dengan berbagai tingkat kematangannya
c. Situasi
dengan berbagai keadaan
d. Fasilitas
dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya
e. Pribadi
guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.
Karena
banyaknya mata pelajaran maka tujuan untuk setisp msts pelsjsrsn pun
berbeda-beda pula. Hal ini memungkinkan seorang guru untuk memilih metode untuk
mencapai tujuan tersebut. Pemilihan metode harus berpedoman pada tujuan
pembelajaran, karena metode tersebut memiliki dua dampak. Pertama dampak langsung (mendatangkan hasil dalam waktu dekat)
yaitu tujuan secara langsung akan dicapai setelah selesai pertemuan peristiwa
interaksi edukatif dan hasilnya berkenaan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang dapat diukur secara konkret dan pasti. Kedua
dampak pengiring (hasil dirasakan dalam waktu lama) yaitu hasil pengajaran
tidak langsung dapat diukur, tetapi hasilnya diharafkan akan berpengaruh kepada
anak didik. Hdampak pengiring berkenaan dengan sikap dan nilai (Djamarah,
Bahri, Syaiful. 1994: 193-194).
Metode-metode
mengajar yang berkadar CBSA tinggi dan metode mengajar yang berkadar CBSA
rendah antara lain;
a.
Metode
Proyek
Metode
proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya.
Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.
b.
Metode
Eksperimen
Metode
eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Bertujuan agar
anak didik terlibat sepenuhnya merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel dan memecahkan
masalah yang dihadapinya secara nyata.
c.
Metode
Pemberian Tugas dan Resitasi
Pemberian
tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat
dengan tempat. Pemberian tugas berkaitan dengan resitasi yang merupakan suatu
laporan anak didik setelah mereka mengerjakan tugas.
d.
Metode
Diskusi
Diskusi
adalah pemberian alternatif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem
kehidupan.
e.
Metode
Bermain Peran
Metode
Bermain Peran ialah suat cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan
dan penghayatan anak didik.
f.
Metode
Sosiodrama
Metode
Sosiodrama ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan anak didik untuk
melakukan kegiatan memainkan peranan tertent yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat (kehidupan sosial).
g.
Metode
Demonstrasi
Demonstrasi
ialah suatu metode yang digunakan untuk memperhatikan sesuatu proses atau cara
kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
h.
Metode
Karyawisata
Metode
karyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan oleh para anak didik dengan jalan
membawa mereka langsung ke objek yang terdapat diluar kelas atau lingkungan,
sehingga mereka dapat mengamati dan mengalami secara langsung.
i.
Metode
Tanya Jawab
Metode
tanya Jawab ialah suatu cara penyajian bahan dengan bentk pertannyaan yang
perlu dijawab oleh anak didik.
j.
Metode
Latihan
Metode
Latihan yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu
dan juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.
k.
Metode
Bercerita
Metode Bercerita ialah
suatu cara mengajar dengan bercerita. Dalam metode ini, baik guru maupun anak
didik dapat berperan sebagai penutur.
l.
Metode
Ceramah
Metode
Ceramah adalah metod yang boleh dikatakan metode tradisional. Karena digunakan
sejak dulu sebagai alat kominikasi lisan antara guru dan anak didik dalam
interaksi edukatif.
BAB III
METODE PENELITIAN
F.
Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
Dalam
penelitian ini, peneliti mengunakan jenis penelitian
1. Berdasarkan
tujuan peneliti menggunakan:
a. penelitian
eksploratif: bertujuan menemukan suatu pengetahuan baru yang sebelumnya belum
ada.
b. Penelitian
deskriptif: bertujuan memberikan gambaran yang lebih detail mengenai gejala
atau fenomena.
2. Berdasarkan
metode penelitian menggunakan :
Penelitian
kualitatif: penelitian yang berusaha memahami kejadian sosial berdasarkan
pandangan-pandangan subjektif dari para pelaku. Metode kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
sebagai lawanannya adalah eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi gabungan, analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi (Sugiyanto, 2013:1)
G.
TempatPenelitian
Tempat
penelitian adalah SMA KORPRI yang terletak di jln. Tanjung I Perumas Kayu Tangi
Blok IV Banjarmasin.
H.
Sumber Data
Pada penelitian ini sumber data yang
didapat peneliti adalah ;
1. Data primer
yaitu data yang diperoleh dari siswa dan guru yang mengajar di SMA KORPRI
Banjarmasin.
2. Data
sekunder yaitu referensi dari beberapa buku yang masih
termasuk dalam koridor bahan yang dibahas.
I.
Instrumen
Menurut
Poerwandari (1998) penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian,
mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga
analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.Dalam
mengumpulkan data-data peneliti membutuhkan alat Bantu (instrumen penelitian).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu :
1. Pedoman
wawancara
Pedoman
wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan
penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian,
tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Pedoman
Observasi
Pedoman
observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan
tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasrkan hasil observasi
terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan
atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan
informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.
3. Alat
Perekam
Alat
perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat
berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat
jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat
dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat
tersebut pada saat wawancara berlangsung.
J. Teknik Pengumpulan
Data
Dalam
penelitiaan ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data, yaitu :
1.
Wawancara
Menurut
Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara menanyakan
sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara
tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses
wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi
pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus
diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk
pertanyaan yang eksplisit.Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan
interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek
(check list) apakah aspek-aspek
relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian
interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan
secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan
konteks actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998)
2. Observasi
Disamping
wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi &
Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap
unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek
penelitian.Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami
proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek,
perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal
yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil
wawancara.
K. Analisis
Data
Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data
kualitatif untuk proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa
penelitian kualitatif terdapat beberapa
tahapan-tahapan yang perlu dilakukan diantaranya :
1.
Mengorganisasikan
Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui
wawancara mendalam (indepth inteviwer),
dimana data tersebut direkam dengan tape recoeder dibantu alat tulis lainya.
Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk
rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca
berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di
dapatkan.
2.
Pengelompokan
berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam
terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang
muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman
wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan
pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali
membaca transkip wawancara dan melakukan coding,
melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang
relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau
dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah
kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan
pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah
dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan
ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat
menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.
3.
Menguji Asumsi atau
Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah
kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut
terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori
yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali berdasarkan landasan
teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada
kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun
penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori
dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan
faktor-faktor yang ada.
4. Mencari
Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah
kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke
dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari
kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternative penjelasan
lain tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif
memang selalu ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada
kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir
sebelumnya. Pada tahap ini akan
dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain.
Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan
saran.
5.
Menulis
Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan
merupakan suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian
ini, penulisan yang dipakaiadalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan
data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan
subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari
subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti
benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai
penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara
keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil
penelitian.
L.
Rencana Pengujian Keabsahan Data
Metode
keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Triangulasi. Triangulasi adalah kombinasi beragam sumber
data, tenaga peneliti, teori dan teknik metodologis dalam suatu penelitian atas gejala sosial.
Triangulasi diperlukan karena setiap teknik memiliki kelemahan serta
keunggulannya sendiri. Dengan demikian triangulasi memungkinkan tangkapan
realitas secara lebih valid. Dalam penelitian ini peneliti akan
menggunakan perpaduan antara triangulasi
teori dan juga triangulasi sumber data. Sebab dalam penelitian ini peneliti
menggunakan dua teori dalam menganalisis data yang diperoleh dan juga membandingkan dan mengecek baik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan cara yang berbeda. Menurut Platon dalam Bungin
(2007:256-257) dalam metode
kualitatif triangulasi sumber data dilakukan dengan cara, sebagai
berikut:
a.
Penilaian hasil
penelitian oleh responden
b.
Mengoreksi kekeliruan
oleh sumber data
c.
Menyediakan tambahan
informasi secara sukarela
d.
Memasukkan informasi
dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan untuk mengkhiktisyarkan sebagai
langkah awal analisis data, dan
e.
Menilain kecukupan
menyeluruh data yang dikumpulkan
M.
Jadwal Penelitian
Januari
|
Februari
|
||||||||
NO
|
Jadwal Kegiatan
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
1
|
Survey awal dan
penentuan lokasi penelitian
|
||||||||
2
|
Penyusunan proposal
|
||||||||
3
|
Seminar proposal
|
||||||||
4
|
Pelaksanaan penelitian
|
||||||||
5
|
Pengolahan data, analisis dan
|
||||||||
6
|
Seminar hasil
|
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful, Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Idi,
Abdulah. 2013. Sosiologi Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
S.
Nasutiaon. 1999. Sosiologi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyanto,
2013. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Wahyudin, H. Din, .
Dkk. 2004. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Universitas Terbuka.
W.J.S.
Poerwodarminto. 1984. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
0 Response to "Proposal Penelitian Interaksi Edukatif di SMA KORPRI Banjarmasin"
Post a Comment