Proposal Penelitian Sosialisasi Dalam Keluarga Pengrajin Pandai Besi Di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupate Hulu Sungai Selatan




I.           Judul Tentatif:  Sosialisasi Dalam Keluarga Pengrajin Pandai Besi Di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
II.         Latar Belakang Masalah
        Pada hakikatnya setiap manusia pastinya sering hidup berbaur yang menunjukkan terjadinya sosialisasi, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Dengan sosialisasi seorang individu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, karena manusia tidak akan dapat memenuhi semua kebutuhannya tanpa berinteraksi dengan orang lain. Dalam tata pergaulannya manusia senantiasa dituntut untuk dapat menjaga diri dan keinginannya, sebab walaupun manusia memiliki kebebasan tetapi kebebasan yang ada bukan dalam arti sebebas-bebasnya, sebab kebebasan manusia dibatasi dengan adanya kepentingan-kepentingan orang lain. Sosialisasi yang baik dapat menciptakan kondisi masyarakat yang baik, yang mana masing-masing orang mengerti akan hak dan kewajibannya, sehingga keselarasan dalam kehidupan dapat tercipta.
        Menurut David A. Goslin (Ihromi, 2004:30) sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya. Menurut Puspitawati (2004:23) anak merupakan salah satu bagian dari sebuah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan universal yang paling utama dan pertama bagi setiap individu. Beda halnya menurut Soekanto (2004:23) keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah disebut keluarga batin. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga batin mempunyai peranan-peranan tertentu. Tugas yang paling terpenting lembaga keluarga ini adalah orang yang mengajarkan anak agar dapat bersosialisasi dengan orang lain dengan cara baik dan benar. Selain itu, orang tua juga haruslah dapat membentuk kepribadian anak-anak mereka. Terbentuknya kepribadian dari anak-anak mereka tergantung dari keluarga tersebut khususnya orang tua, di mana anak akan meniru apa yang dikerjakan orang tua, maka dari sinilah secara tidak sengaja akan terbentuk kepribadian anak, apakah dia akan menjadi seorang anak dengan kepribadian yang baik atau buruk sehingga orang tua haruslah berusaha bersikap yang baik-baik di depan anak-anak mereka.
III. Fokus Penelitian
        Menurut F.G Robins (Idi dan Safarina, 2011:108-109) mengungkapkan ada lima faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi anak didik. Kelima faktor yang menjadi dasar perkembangan kepribadian anak itu adalah:
1)   Sifat dasar, merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya;
2)   Lingkungan prenatal adalah lingkungan dalam kandungan ibu;
3)   Perbedaan individual, perbedaan perorangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi;
4)   Lingkungan alam ialah kondisi-kondisi di sekitar individu yang memengaruhi proses sosialisasinya;
5)   Motivasi-motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan individu untuk berbuat.
       Berdasarkan teori di atas dapat diidentifikasi ada beberapa faktor yang menjadi dasar perkembangan kepribadian anak diantaranya: sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan individual, lingkungan alam, dan motivasi-motivasi. Berdasarkan dari hasil identifikasi tersebut maka penelitian ini difokuskan pada :
1. Sifat dasar
2. Lingkungan alam
IV. Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sifat dasar anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan ?
2. Bagaimana kondisi anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan?
V. Tujuan Penelitian
       Tujuan dari penelitian tentang Sosialisasi Dalam Pembentukan Kepribadian Anak Pada Keluarga Pengrajin Pandai Besi Di Desa Sungai Pinang Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sifat dasar anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan?
2. Untuk mengetahui kondisi anak pada keluarga pengrajin pandai besi besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan?
VI. Manfaat Penelitian
       Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan teori sosiologi pada umumnya dan teori sosialisasi pada khususnya yang berhubungan dengan kepribadian anak.
2. Manfaat Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan baik bagi institusi keluarga dan masyarakat dalam pembinaan dan pengembangan perilaku anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang.
a. Bagi Pekerja
Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pengrajin panda besi guna untuk meningkatkan kerja yang lebih baik.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai sosialisasi dalam pembentukan kepribadian anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
c. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bahwa banyaknya masyarakat yang memiliki keterampilan dan kreativitas tinggi sehingga nantinya dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan usaha secara kualitas dan kuantitas baik dalam bantuan modal.
d. Bagi Perguruan Tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bermanfaat untuk memberikan masukan juga dalam memperkaya pustaka untuk bahan kajian berikutnya.
VII. Landasan Teori
A. Sosialisasi
Menurut Peter Berger (Syarbaini dkk, 2012:79-80) seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat melalui sosialisasi. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup manusia, mulai dari masa kecil hingga dewasa. Ada beberapa tahapan yang dilalui manusia untuk bersosialisasi, yaitu tahap persiapan, meniru, siap bertindak dan tahap menerima norma kolektif. Pada tahap persiapan (preparatory stage), manusia mulai mengenal dunia sosialnya dengan modal utama kemampuan untuk berpikir. Pada tahap meniru (play stage), si anak dapat melakukan tiruan sempurna, dalam tahap ini sudah muncul kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain sudah mulai terbentuk. Tahap sikap bertindak (game stage), peniruan mulai berkurang digantikan oleh peranan yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Pada tahap ini partner interaksinya semakin banyak, hubungan semakin kompleks, peraturan diluar keluarga mulai dipahami, manusia pada tahap perkembangan diri ini merupakan manusia yang siap menjadi partisipasi aktif dalam masyarakatnya. Tahap berikutnya adalah tahap penerimaan norma kolektif (generalized other), yaitu manusia yang disebut sebagai orang dewasa, manusia mulai bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Kehadiran peraturan semakin disadarinya sehingga manusia pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti penuh. Menurut Berger (Sunarto, 2000:23-24) sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of society”—proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seoarang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Menurut Khairuddin (2008:63) proses belajar ini juga diistilahkan dengan proses sosialisasi yaitu proses yang membantu individu melalui proses belajar dan penyesuaian diri bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir dari kelompok tersebut. Menurut Setiadi dkk (2006:72) sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para pakar berbicara dengan mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak (socialization after child head), pendidikan sepanjang hidup (life-long education), atau pendidikan berkesinambungan (continuing education).
Menurut Wiranata (2002:121-122) proses sosialisasi adalah proses sosial di mana seorang individu menerima pengaruh, peranan, tindakan orang-orang di sekitarnya (milieu), seperti kakak, adik, mertua, paman, pembantu dan lain-lain. Seseorang akan dipengaruhi oleh individu-individu yang menempati berbagai status dan kedudukan dalam masyarakat yang dijumpainya sejak dia dilahirkan. Dengan demikian, akan mempengaruhi pola kepribadiannya kelak kemudian hari. Proses sosialisasi ini akan sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh struktur masyarakat, susunan kebudayaannya serta lingkungan sosial yang bersangkutan.
Menurut Idi dan Safarina (2011:112-113) sosialisasi keluarga merupakan orang pertama yang mengajarkan hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan hidup manusia dan anggota keluarga. Orang tua atau keluarga harus menjalankan fungsi sosialisasi. Fungsi sosialisasi merupakan suatu fungsi yang berupa peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Fungsi sosialisasi menunjukkan pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan bekal selengkap-lengkapnya dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat, serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka kelak.
Dari teori-teori di atas mengenai sosialisasi, dapat diperoleh pengertian bahwa sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia, di mana seorang individu menerima pengaruh, peranan, tindakan orang-orang di sekitarnya (milieu), seperti kakak, adik, mertua, paman, pembantu dan lain-lain.
B. Kepribadian
        Menurut Sujanto dkk (1997:94) kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psychophysis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar. Beda hal dengan menurut Soekadijo (1985:404) kepribadian adalah produk enkulturasi, sebagaimana dialami oleh para individu, masing-masing dengan watak genetiknya sendiri-sendiri.
Menurut Allport (Yudrik, 2012:67) kepribadian merupakan susunan sistem psikosifik yang dinamis dalam diri individu yang unik dan mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian juga merupakan kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan secara unik.
Menurut Piry (1988:158) kepribadian hakikatnya merupakan produk dari kebudayaan, sehingga yang satu tidak dapat dihadapkan pada yang lainnya. Menurut Supratiknya (1993:24) kepribadian adalah organisasi dinamik dalam individu atas sistem-sistem psikofisis yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap lingkungannya.
Menurut Soekanto (2003:185) kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Kepribadian mencakup kebiasasan-kebiasan, sikap dan lain-lain sifat yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain.
Menurut Murphy (Sujanto dkk, 1997:131) komponen-komponen pokok daripada kepribadian adalah :
1. Disposisi-disposisi fisiologis,
2. Kanalisasi,
3. Response-response bersyarat, dan
4. Kebiasaan-kebiasaan kognitif dan perseptuil.
C. Keluarga
Menurut Murdock (Lestari, 2012:3) keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Menurut Narwoko dan Suyanto (2007:92) keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi yang dimiliki oleh keluarga. Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orang tua mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional – di mana hubungan ini sangat diperlukan dalam proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua mempunyai peranan yang penting terhadap proses sosialisasi anak.
        Menurut Suhendi dan Wahyu (2001:5) keluarga merupakan kelembagaan (institusi) primer yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Setiap individu berangkat dari sistem sosial keluarga, sebelum ia memasuki sistem sosial yang lebih benar, yaitu masyarakat, kemudian kembali dalam sistem sosial keluarga. Oleh karena itu, sistem nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan keluarga merupakan faktor utama dan pertama dalam membentuk kepribadian individu. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan orang tua dan pemeliharaan anak.
Menurut Allender dan Spradley (Susanto, 2012:10) keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interaksi sosial peran dan tugas. Dari beberapa pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:
1.    Terdiri dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
2.    Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika berpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
3.    Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial, seperti suami, istri, anak, kakak, adik.
4.    Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.
        Menurut A.Schneiders (Yusuf dan Sugandhi, 2011:27) keluarga yang fungsional atau yang ideal memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Minimnya perselisihan antar orang tua atau antar orang tua-anak.
2. Ada kesempatan untuk menyatakan keinginan.
3. Penuh kasih sayang.
4. Menerapkan disiplin yang tidak keras.
5. Memberikan peluang untuk bersikap mandiri dalam berpikir,  merasa dan berperilaku.
6. Saling menghargai atau menghormati (mutual respect) antar anggota keluarga.
7. Menyelenggarakan konferensi (musyawarah) keluarga dalam memecahkan masalah.
8. Menjalin kebersamaan antaranggota keluarga.
9. Orang tua memiliki emosi yang stabil.
10. Berkecukupan dalam bidang ekonomi.
11. Mengamalkan nilai-nilai moral agama.
VIII. Alasan Menggnakan Metode Kualitatif
        Penggunaan metode penelitian kualitatif pada penelitian ini karena permasalahan yang diteliti yaitu sosialisasi dalam pembentukan kepribadian anak pada keluarga pengrajin pandai besi akan lebih tepat jika menggunakan metode penelitian kualitatif. Dimana dengan metode kualitatif data yang diperoleh akan lebih lengka, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran penelitian secara luas mengenai sosialisasi dalam pembentukan kepribadian anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan..
        Menurut Sugiyono (2014:1) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi, sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif  berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
        Menurut Aminuddin (1990:17) metode penelitian kualitatif digunakan bukan karena anti-kuantitatif, tetapi metode kualitatif lebih mudah diterapkan untuk penelitian dimana manusia dipakai sebagai instrumen dalam penelitian. Seperti penelitian mengenai sosialisasi dalam pembentukan kepribadian anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt03 Rw02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
IX. Tempat Penelitian
        Lokasi penelitian ini bertempat di daerah Nagara di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, penelitian ini sengaja dilakukan di tempat tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor dan alasan dasar.
        Pada pengamatan awal RT 03 ini berbeda dengan RT lainnya. Di Desa Sungai Pinang RT 03 tertinggi dibandingkan RT lainnya seperti RT 01, RT 02, dan RT 04. Inilah sebagai bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian di daerah tersebut, ada beberapa orang tua pengrajin pandai besi yang sibuk bekerja sehingga banyak menyita waktu dan tenaga. Berdasarkan fakta tersebut peneliti tertarik untuk meneliti masalah kesibukan orang tua sebagai pengrajin pandai besi di RT 03.
X. Sumber Data
        Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah mengenai sosialisasi dalam pembentukan kepribadian anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sun gai Selatan. Sumber data dipilih secara purposive sampling. Menurut Sugiyono (2014:54) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.
Pemilihan sumber data secara purposive dalam penelitian ini yaitu peneliti memilih orang yang dianggap mempunyai pengetahuan terhadap permasalahan yang diteliti seperti orang tua sebagai pengrajin pandai besi. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan orang yang paling mengetahui permasalahan yang diteliti adalah orang tua pengrajin pandai besi yaitu  Gafar, H.Tahir, Subli, Syamsuri, dan Zahran. Adapun informan yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah orang tua sebagai pengrajin pandai besi berjumlah 135 orang.
        Data yang menjadi sumber penelitian pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
        Menurut Siswanto (2012:56) data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari objek penelitiannya melalui metode wawancara. Informan yang digunakan objek sumber data dalam penelitian ini adalah orang tua sebagai pengrajin pandai besi yang sibuk bekerja sehingga menyita waktu dan tenaga.
2. Data Sekunder
        Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu. Dalam penelitian ini data sekunder adalah data yang diperoleh melalui buku-buku, dan profil Desa Sungai Pinang untuk mengetahui sosialisasi mengenai sifat dasar anak pada keluarga pengrajin pandai besi.
XI. Instrumen Penelitian
        Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Adapun maksud dari peneliti sebagai instrumen utama. Menurut Nasution (Prastowo, 2011:43) peneliti adalah key instrument  atau alat penelitian utama. Oleh karena itu instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. peneliti sendiri yang mengadakan pengamatan atau wawancara tak berstruktur  dengan menggunakan buku catatan, laptop, kamera, dan lainnya. Peneliti sebagai instrument dapat memahami makna interaksi yang antar manusia, membaca gerak muka, serta mengetahui makna yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan informan. Walaupun menggunakan alat rekam atau kamera, peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian.
XII. Teknik Pengumpulan Data
              Menurut Sugiyono (2014:137) terdapat berbagai data yang dikumpulkan oleh peneliti untuk diolah dalam penelitian. Pembagian data menurut cara memperolehnya: Data primer adalah data yang akan dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan langsung dari sumbernya. Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan oleh pihak lain, misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Hariwijaya dan Triton, 2005:58). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara sebagai berikut:
1. Wawancara
        Teknik pengumpulan data dari penelitian ini akan menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth interview). Wawancara sering disebut dengan suatu proses komunikasi dan interaksi. Sebagai suatu proses komunikasi karena antara pewawancara dan informan mensyaratkan adanya penggunaan simbol-simbol tertentu (semisal bahasa) yang saling dapat dimengerti kedua belah pihak sehingga memungkinkan terjadinya aktivitas wawancara. Sebagai interaksi sosial, karena selama wawancara masing-masing pihak, disadari atau tidak, terjadi proses saling mempengaruhi (Suyanto, et.al, 2006:69-70).
        Wawancara dilakukan secara mendalam kepada informan yang telah ditetapkan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu merumuskan pedoman wawancara agar wawancara yang akan dilakukan di lapangan lebih terarah agar sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ada. Wawancara mendalam ini dilakukan agar bisa mendeskripsikan tentang sosialisasi dalam pembentukan kepribadian anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
        Wawancara dilaksanakan dengan Kepala desa, orang tua dan anak dari pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan menanyakan lebih mendalam akibat dari kesibukan orang tua pengrajin pandai besi. Wawancara dengan informan dilaksanakan baik pada pagi hari, siang hari maupun malam hari dengan membuat janji terlebih dahulu agar dapat melaksanakan wawancara secara mendalam. Adapun tempat wawancara akan dilakukan di lapangan maupun di rumah informan sendiri dengan dipandu pedoman wawancara.
2. Observasi
        Menurut Kusuma (1987:25) observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstruktur, observasi partisipan, dan observasi nonpartisipan.
        Observasi yang dimaksud yakni teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap orang tua sebagai pengrajin pandai besi, penelitian dengan teknik observasi non partisipan, hanya melakukan pengamatan tidak langsung dan tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi. Dalam penelitian ini yang diamati ketika di lapangan adalah lokasi penelitian, tempat-tempat biasanya anak sering nongkrong di pos kamling, melihat tingkah laku, dan perbuatan.
        Teknik observasi yang dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan langsung dengan orang tua dan anak-anak pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Observasi pada penelitian ini dilakukan secara berulang-ulang agar data yang diperoleh lebih lengkap. Observasi yang dilakukan di Desa Sungai Pinang dilakukan pada pagi hari dan siang hari. Pengamatan dilakukan, baik itu di rumah, di sekolah dan di tempat ia bekerja dan yang diobservasi anak dan orang tua.
3. Dokumentasi         
Pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian (Satori dan Komariah, 2013:149). Dalam penelitian ini dokumentasi dikumpulkan melalui pengambilan foto-foto, data orang tua pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
XIII. Teknik Analisis Data
        Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014:91-92) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dan analisis data yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
        Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini, data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dipilah-pilah sesuai dengan rumusan masalah yang ada. Data yang telah dipilih namun tidak sesuai dengan rumusan tidak dipakai.
2. Penyajian Data (Data Display)
         Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dengan teks naratif dalam bentuk uraian mengenai sosialisasi dalam pembentukan kepribadian anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
3. Menarik Kesimpulan
Langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan setelah menggabungkan data-data yang telah didapat sosialisasi dalam pembentukan kepribadian anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel dan akuntabel. 
XIV. Rencana Pengujian Keabsahan Data
        Data yang sudah dikumpulkan perlu melewati proses validasi data. Uji validasi data diperlukan untuk diperlukan untuk mengetahui apakah data yang sudah terkumpul valid dan reliabel. Menurut Moleong (Idrus, 2009:145) untuk pembuktian validasi data data ditentukan oleh kredibilitas temuan dan interpretasinya dengan mengupayakan temuan dan penafsiran yang dilakukan sesuai dengan kondisi senyatanya dan disetujui oleh subyek penelitian. Pengujian kredibilitas data untuk memperoleh data yang abash dalam penelitian ini menggunakan:
1. Perpanjangan Pengamatan
        Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan kembali dan wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru ditemui berkaitan dengan sosialisasi dalam pembentukan kepribadian anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Dalam hal ini, jika data yang diperoleh dirasakan belum lengkap, maka peneliti akan melakukan pengamatan kembali dan wawancara lagi kepada informan yang penuh ditemui maupun yang baru ditemui. Melalui perpanjangan pengamatan, maka akan diperoleh kepastian mengenai data yang telah terkumpul serta tidak ada perubahan lagi.
2. Meningkatkan Ketekunan
        Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti akan melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atu tidak. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu mengenai sosialisasi dalam pembentukan kepribadian anak pada keluarga pengrajin pandai besi di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber, yakni orang tua dan anak pengrajin pandai besi. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yakni teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Triangulasi waktu artinya mengecek data kepada sumber yang sama dalam berbagai kesempatan pada waktu dan situasi yang berbeda, disesuaikan dengan kesiapan informan.
4. Menggunakan Bahan Referensi
        Penggunaan bahan referensi yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, misalnya wawancara yang dilakukan didukung dengan adanya perekam wawancara dan foto-foto, sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih dipercaya. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang bisa dipercaya, maka hasil wawancara dengan informan akan dilengkapi dengan rekaman wawancara dan foto-foto saat melakukan wawancara dan foto-foto pada saat melakukan observasi.
XVI. DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1990. Penelitian Kualitatif. Malang: Yayasan Asih Asuh Malang.

Hariwijaya dan Triton. 2005. Pedoman Penulisan ilmiah Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Tugu Publisher.

Idi, Abdullah dan Safarina, 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Ihromi, T.O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi keluarga. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Khairuddin. 2008. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Kusuma, S.T. 1987. Psiko Diagnostik. Yogyakarta: SGPLB Negeri Yogyakarta.

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga Penanaman Nial dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Narwoko, Dwi dan Suyanto, Bagong. 2007. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Piry, J. 1988. Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia.

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Puspitawati, H. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Siswanto, Victorianus Aries. 2012. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Soekadijo, R.G. 1985. Antropology 4. Surakarta: Erlangga.

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suhendi, Hendi dan Wahyu, Ramdani. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sujanto, Agus, dkk. 1997. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosioologi Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Supratiknya, A. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius.

Susanto, Tantut. 2012. Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

Syarbaini, Syahrial, dkk. 2012. Konsep Dasar Sosiologi & Antropologi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Hartomo Media Pustaka.

Suyanto, et.al. 2006. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Wiranata, I Gede A.B. 2002. Antropologi Budaya. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Yudrik, Jahja. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Yusuf, Syamsu M dan Sugandhi, Nani M. 2011. Perkembangan Peserta Didik Mata Kuliah Dasar Profesi (MKDP) Bagi Para Mahasiswa Calon Guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Print Friendly and PDF

0 Response to "Proposal Penelitian Sosialisasi Dalam Keluarga Pengrajin Pandai Besi Di Desa Sungai Pinang Rt 03 Rw 02 Kecamatan Daha Selatan Kabupate Hulu Sungai Selatan"

Post a Comment